Oleh: Zaenal Abidin Riam
Ketua HMI MPO Badko Sulambanusa (Sulawesi bagian selatan, Maluku utara, Bali, dan Nusa tenggara)
tulisan ini juga dimuat di: http://hminews.com/opini/makna-usia-68-tahun-bagi-hmi-semakin-tua-atau-semakin-matang/
Ketua HMI MPO Badko Sulambanusa (Sulawesi bagian selatan, Maluku utara, Bali, dan Nusa tenggara)
tulisan ini juga dimuat di: http://hminews.com/opini/makna-usia-68-tahun-bagi-hmi-semakin-tua-atau-semakin-matang/
5 februari 2015, HMI genap berusia 68 tahun, sebuah usia yang cukup panjang.
Puluhan tahun sudah HMI berkiprah di dunia gerakan mahasiswa, gerakan
kebangsaan, dan gerakan keummatan. Tentu dalam rentang waktu tersebut, HMI
sudah terlibat dengan berbagai dinamika hidup mahasiswa, bangsa, dan umat.
Pergulatan HMI pada tiga
ranah tersebut (kemahasiswaan, kebangsaan, keummatan) juga merupakan faktor
pendorong utama berdirinya HMI. Dengan usia 68 tahun, komunitas ‘hijau hitam,’
perlu melakukan refleksi terkait kontribusi dan perannya dalam dunia mahasiswa,
bangsa, dan umat. Refleksi ini penting untuk mengukur pencapaian lembaga ini di
dunia nyata. Indikator lain kembali ke tujuan HMI sendiri, yakni pembentukan
individu dengan kualifikasi ulul albab, serta pembentukan tatanan masyarakat
yang diridhoi Allah SWT. Demi mewujudkan pencapaian tersebut sangat ditentukan
oleh kompetensi lembaga dalam melakukan aksi di dunia nyata.
Kompetensi aksi di dunia nyata, bagi sebuah organisasi juga dipengaruhi oleh
usia organisasi tersebut. Bila dianalogikan sebagai manusia, manusia memiliki
fase kematangan dalam berkontribusi ke masyarakat. Fase tersebut terjadi saat
manusia menginjak usia tertentu. Di sisi lain, kontribusi tersebut bisa menurun
seiring datangnya usia tua, kaitannya dengan HMI, apakah usia 68 tahun masuk
kategori matang atau kategori tua bagi organisasi ini?
Kata tua dan matang bagi sebuah organisasi, memiliki implikasi berbeda di
lapangan. Sekilas pembahasan ini mungkin terlihat remeh, bahkan kader hijau
hitam bisa saja menganggap bahwa hal ini tak lebih dari permainan kata belaka, akan
tetapi, yang perlu disadari, istilah tua dan matang tidak hanya mendatangkan
perbedaan implikasi aksi di lapangan, minimal dilihat dari perbedaan power di
antara dua kategori tersebut, namun juga berbeda secara makna dan tafsir makna,
perbedaan makna dan tafsir ini kemudian menyebabkan perbedaan gerak di
lapangan.
Jika komunitas hijau hitam, dianggap telah semakin tua, maka hal itu berarti,
tenaga organisasi ini mulai berkurang, powernya juga berkurang, termasuk
tingkat kekritisannya dalam menanggapi realitas di sekitarnya. Kaum tua
biasanya lebih bijaksana menanggapi masalah, namun tidak jarang
kebijaksanaannya itu, secara tak sadar, mengantarnya pada pembenaran
terhadap status quo. Kata ‘tua’ bisanya juga berkaitan dengan
tahap menutup usia. Bila HMI dianggap tua, maka berarti sebentar lagi ia juga
akan tutup usia. Lalu bagaimana dengan tujuan HMI, khususnya tentang mewujudkan
insan ulul albab, serta membentuk tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT,
apakah sudah terwujud? Atau minimal sudah hampir terwujud? Tentu masih jauh
panggang dari api. Jika begitu, layakkah HMI menurunkan powernya lalu menutup
usia saat tujuannya belum tercapai? tentu tidak, dalam beberapa kesempatan, di
forum nasional HMI, sering mengemuka pendiskusian, bahwa organisasi ini suatu
waktu bisa saja dibubarkan, hal itu terjadi saat HMI dianggap telah mencapai
tujuannya.
Sudut pandang lain akan muncul, saat kita memilih menyematkan kata “matang.”
Seiring dengan usia organisasi di angka 68, kematangan berarti mengharuskan
organisasi untuk memulai kerja secara lebih baik. Hal ini bisa diibaratkan,
bahwa di masa sebelumnya, organisasi ini pernah melakukan kekeliruan
terkait pilihan hidupnya, karena memang saat itu ia masih labil, belum berusia
matang, namun saat kematangan telah dicapai, maka kekeliruan tersebut tidak
perlu diulang, bahkan ia menjadi ibrah tersendiri untuk masa mendatang. Istilah
“semakin matang” bagi ‘hijau hitam’ juga menandaskan bahwa organisasi ini belum
sampai pada tujuan mulianya, masih dalam tahap proses, dan kerja yang berlangsung
dalam proses tersebut akan lebih baik seiring dengan semakin kayanya pengalaman
yang didapat, serta semakin mendalamnya analisis terhadap realitas dunia.
Selain itu, bila kita meyakini HMI semakin memasuki tahap kematangan, maka hal
itu juga berarti kekuatan gerakan HMI semakin meningkat dari masa sebelumnya,
ia akan semakin maksimal mejalankan perannya dalam ranah mahasiswa, bangsa, dan
umat.
Angka 68 tahun bagi HMI, seharusnya dilihat sebagai pertanda kematangan, bukan
ketuaan. Hal ini penting demi menjaga semangat dan aksi gerakan, tetap
bergelora dan masif. Hijau hitam memang perlu berlaku bijak, khususnya dalam
aspek tertentu, namu sifat bijaksana tersebut tidak boleh memandulkan nalar
kritisnya, terlalu dini untuk menganggap HMI telah berusia tua, bila
dikomparasikan dengan usia manusia, anggapan tua mungkin bisa diterima, namun
perlu diingat, HMI bukan manusia, namun ia adalah wadah tempat berkumpulnya
manusia dengan semangat tinggi, sehingga yang menghidupkan HMI adalah semangat
manusia yang bernaung di bawahnya. Semangat itu bisa mewujud dalam kuatnya
idealisme dan militansi gerakan, manusia yang memilih tinggal di rumah ‘hijau
hitam’ selalu berganti dari waktu ke waktu. Bila satu generasi membuka pintu
keluar, maka segera generasi baru akan mengetuk pintu masuk. Pemilihan segmen
mahasiswa yang masih berjiwa muda sebagai anggotanya, boleh jadi akan
menjadikan lembaga ini selalu tampak muda dan matang, walaupun lembaran waktu
bergantian menyapanya, karena ia akan selalu hidup dari semangat muda para
anggotanya.
Posting Komentar