Dalam kelompok masyarakat tertentu,
politik selalu dipersepsi dalam kaca mata negatif, ia seolah najis yang haram
disentuh, menyentuhnya sama dengan menjatuhkan diri ke dalam lumpur kotor,
persepsi seperti ini bukan berkembang di kalangan masyarakat awam, melainkan
tumbuh pesat di kalangan orang terdidik termasuk pemuda di dalamnya,
bersentuhan dengan politik terkadang dipersamakan dengan tindakan bunuh diri
idealisme, selain itu, sudut pandang negatif terhadap politik juga terkadang
tumbuh dalam aliran ajaran agama tertentu, pada konteks ini persepsi mereka
sangat dipengaruhi oleh model tafsir dalam memaknai ajaran agamanya, biasanya
model tafsir keagamaannya lebih memandang urusan dunia sebagai hal sia – sia
belaka, karena politik dianggap sebagai urusan dunia maka, perbincangan tentang
politik juga dimaknai sebagai hal tak berguna.
Benarkah politik merupakan barang haram yang mesti dijauhi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melakukan analisa level akar, jika benang kusut diurai maka, akan dijumpai kenyataan bahwa persepsi negatif lahir dari kesalahan dasar dalam memaknai defenisi politik, terjadi proses reduksi terhadap defenisi politik, seringkali poltik hanya dilihat dari dimensi praktisnya (politik praktis), secara dasar politik merupakan “seni untuk mengatur kehidupan”, sehingga bisa dipahami bahwa wilayah politik sangat luas, politik tidak sekadar berbicara tentang partai dan bagi – bagi kekuasaan, politik berujar tentang tata kelolah tepat dalam mengatur kehidupan dari skala makro hingga mikro, lantas adakah bagian dari hidup ini yang tak butuh pengaturan? Tentu tidak, dari sini dapat dipahami bahwa pada dasarnya semua manusia terlibat dalam aktivitas politik, bedanya segelintir manusia menyadarinya sedangkan sebagian besar lainnya tak menyadari.
Bila ditarik dalam skala makro,
khususnya dalam konteks Negara, politik masih menjadi panglima, sehingga tidak
perlu heran bila gejolak politik akan mempengaruhi bidang kehidupan lainnya,
arah perubahan politik tentu sangat dipengaruhi oleh para aktornya, jika
politik diisi oleh kumpulan orang kotor maka, politikpun berubah ke arah yang
kelam, disinilah letak kebenaran pernyataan yang menegaskan bahwa “bila orang
baik hanya berdiam diri maka orang kotor yang akan menentukan wajah bangsa
ini”, tetap perlu dingat bahwa sebelum masuk ke arena politik praktis,
idealisme dan ideologi perlu terlebih dahulu dituntaskan, bila tidak, kita
hanya akan merusak barang yang terlanjur rusak.
Setia proses perubahan yang terjadi di negeri ini tidak bisa dilepaskan dari proses politik, bahkan gerakan perubahan yang mampu merubah wajah bangsa juga merupakan bagian dari aktivitas politik dalam dimensi luas, rasanya tidak lagi bijak untuk merawat pikiran dan tindakan alergi politik, tak satu manusiapun mampu melepaskan diri dari proses politik secara utuh, jika ia menolak dimensi politik praktis maka, sebenarnya ia sedang berdiam dalam dimensi politik yang lain, bahkan stabilitas komunitas penganut keyakinan juga butuh diperjuangkan lewat sistem politik, bila tidak, penganut keyakinan tersebut terancam menjadi bulan – bulanan kebijakan diskriminatif, pikiran dan tindakan pasti bersentuhan dengan politik namun ke duanya tak perlu dipolitisasi.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar