Saat ini, hampir semua orang,
kecuali manusia yang belum melek teknologi, bersentuhan dengan dunia maya,
istilah On Line (OL) menjadi sangat popular, ruang persentuhan dengan dunia
maya menjadi sangat tak terbatas, bahkan intensitasnya berlebihan dalam banyak
situasi, dapat dipastikan, hampir semua muda – mudi memiliki akun facebook dan
twitter, mereka mengakses facebook dan twitter setiap kali ada kesempatan, bila
perlu kesempatan tersebut dipaksakan tercipta, atau bahkan mencuri kesempatan,
proses belajar mengajar di ruang kelas atau kuliah juga tak jarang diakali,
laptop diaktifkan namun yang dibuka hanya situs facebook atau jaringan media
sosial lainnya, kasihan pak dosen yang mungkin mengira mahasiswanya sedang
membuka bahan (sabar..3x pak), waktu istirahat muda – mudi juga lebih banyak
dihabiskan dalam berinteraksi dengan gambar orang di layar laptop atau hp,
sangat mungkin keaslian identitas gambar orang tersebut tak bisa dipastikan,
namun apa pentingnya identitas bagi muda mudi penggila on line, kecenderungan
menggilai on line tidak hanya terjadi di kalangan muda – mudi, gejala ini
menyasar semua umur termasuk dewasa dan tua, sebenarnya apa yang menyebabkan
interaksi dunia on line begitu digilai?.
Merasa nikmat karena banyak teman
interaksi, ini menjadi salah satu penyebab utama, media sosial memang
menawarkan jaringan pertemanan seluas – luasnya dengan cara instan, cukup klik
add, konfirmasi, jadi deh, anda bisa berinteraksi dari pagi hingga petang (warning:
silakan mendaftar paket bagi anda yang kelas menengah ke bawah, khususnya
mahasiswa, supaya terhindar dari kanker..he..he..), dalam defenisi sosial
media, pertemanan bukanlah perjumpaan, bahkan pertemanan adalah ketidakberjumpaan
itu sendiri, maksudnya anda merasa berteman dengan ribuan orang padahal yang
anda kenal hanya puluhan orang saja, inilah dilemanya, pikiran kita dibentuk
untuk merasa seolah kenal dengan ribuan orang namun dalam kenyataan kita hanya
kenal dengan beberapa orang saja di antara ribuan orang itu, bahasa lainnya,
kita hidup dalam ruang semu yang seolah kita anggap nyata, pada titik ini
terjadi ilusi, sebab persepsi tentang kenyataan dan kenyataan itu sendiri
justru berbeda.
Yang lebih tidak pas, ketika kita lebih banyak menghabiskan hidup kita setiap sehari dalam dunia semu tersebut dibandingkan melakukan kerja nyata (piring dan cucianmu sudah menumpuk bagi kamu yang mahasiswa, kok OL melulu..he..he..), keasyikan semu yang didapat dari interaksi on line dianggap lebih nikmat dari kerja nyata yang sering menyiksa (katanya begitu bedeng,,,…..), di sisi lain dunia on line adalah ruang yang telanjang, mengekspos privasi di dalamnya merupakan tindakan naïf, sebab privasi yang seharusnya milik anda akan terbongkar dan semakin melebar, bahkan semakin jauh dari substansi aslinya, orang lain yang tidak paham sumber masalahnya akan memberikan polesan kata – kata yang tidak pas pula, intinya inilah yang disebut gosip on line, fakta dan prasangka menyatu dalam periuk yang sama (wiih kata – katanya kayak infotainment saja..he..he..).
Disadari atau tidak, interaksi on
line yang tak terkontrol menyebabkan renggangnya relasi sosial, termasuk
merenggangkan hubungan pertemanan (kok bisa ya, padahal aku sudah punya ribuan
teman di facebook..mikir…mikir…bro…sista..), hubungan sosial menjadi renggang
karena budaya perjumpaan menjadi kurang, mereka lebih banyak sibuk sendiri
dengan gadgetnya, ini tentu membawa
efek psikologi, yakni secara tidak langsung memudarkan nilai kebersamaan dan
memicu sifat individualisme, ane tidak bermaksud meminta teman – teman untuk
meninggalkan total interaksi on line, tapi ia perlu dikontrol supaya
proporsional, hanya yang proporsional yang mendatangkan manfaat, yang
berlebihan selalu melewati batas…eeh kayaknya memang begitu,,,,kok dipertegas
lagi ya…he..he..peace…..
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar