Sejak lahirnya revolusi
pemikiran di Prancis dan revolusi industri di Inggris, dunia dianggp memasuki
zaman baru, zaman tersebut kini dikenal dengan zaman modern, sebab pemicunya
lahir di dua negara yang berada di kawasan Eropa akhirnya istilah modern selalu
dinisbatkan kepada barat, buntut dari asumsi ini adalah modern seolah menjadi
hak milik barat, segala yang berkaitan komederenan selalu dikaitkan dengan
barat. Dari sisi umat islam efek penetapan modern sebagai hak milik barat
minimal memunculkan dua akibat, pertama sikap inferior dihadapan barat, kedua
penolakan terhadap segala hal yang berasal dari barat, dua-duanya tak ada yang
menguntungkan untuk kemajuan Islam.
Akibat
pertama lahir sebagai reaksi perasaan keterbelakangan terhadap barat,
sebagaimana dipahami modern identik dengan kemajuan, bila modern dimonopoli
oleh komunitas tertentu, maka kemajuan seolah menjadi hak milik pribadi
komunitas tersebut, malangnya kelompok manusia yang berada di luar komunitas
tersebut seolah belum menjadi pemeran kemajuan, mereka selalu ditempatkan
sebagai komunitas kelas dua yang berada di belakang pemeran utama kemajuan,
mereka dituntut untuk mengikuti keinginan komunitas yang mengklaim diri sebagai
pemeran utama kemajuan, dalam perjalanannya label ini secara sengaja terus
dihidupkan, yang muncul kemudian adalah kondisi vis a vis antara yang dianggap modern dan tidak
modern, pada posisi ini modernisme sesungguhnya gagal memenuhi tugas idealnya
sebagai penyebar kemajuan, mengajak sebuah komunitas mengecap kemajuan secara
bersama dengan cara menempatkannya di belakang merupakan jalan keliru menuju
kemajuan.
Adapun
akibat kedua tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang kolonialisme Eropa ke
wilayah Islam, selama proses penjajahan tersebut terjadi perampasan sumber daya
alam dan penghancuran tradisi islam, hal ini tentu memicu kebencian mendalam
terhadap barat, akibatnya di kemudian hari walaupun mereka telah merdeka
kebencian terhadap barat tetap terpelihara, dampaknya segala sesuatu yang
datang dari jantung peradaban barat akan ditolak secara mentah-mentah.
Jika
ingin jujur pada fakta sejarah, sebenarnya modern bukan merupakan hak monopoli
barat, modern berikut segala perangkat yang menyertainya selalu hadir dalam
setiap peradaban yang paling maju dalam setiap masa. Ukuran modern ada dua
yakni kekinian dan kemajuan, kekinian dan kemajuan pernah hadir dalam berbagai
peradaban dari masa yang berbeda, kekinian dan kemajuan pernah berkembang pesat
dalam peradaban Yunani, Yunani menjadi corong kemoderenan di masa itu, ragam karya
pemikiran dan corak kehidupan yang dianggap paling maju pada zamannya tumbuh
subur dalam peradaban Yunani. Peradaban Islam juga pernah menjadi pusat
kemoderenan, aktifitas keilmuan yang tumbuh subur dalam dunia islam merupakan
model pemikiran paling terkini dan paling maju untuk ukuran zamannya, ragam
penemuan mutakhir lahir dari peradaban ini, hal tersebut menjadi magnet bagi
orang-orang di luar dunia islam untuk datang berguru, termasuk para pelajar
dari dunia barat yang waktu itu ramai menimba ilmu di berbagai pusat pendidikan
ternama dalam dunia islam. kendali kemoderenan juga pernah dipegang oleh
peradaban timur, mereka sangat maju dalam berbagai aspek untuk ukuran di masa
itu.
Fakta sejarah yang ada
seharusnya menyadarkan umat manusia bahwa kemoderenan tidak akan bertahan
selamanya dalam komunitas tertentu saja, alur kehidupan manusia membuktikan
bahwa sejarah ukuran paling modern selalu berganti dari peradaban yang satu ke
peradaban lainnya, kemoderenan akan menjadi hak milik siapa saja yang paling giat
menjalankan aktifitas pemikiran dan penemuan teknologi, siklus modern akan
terus berputar, mencari tempat yang paling nyaman dan menyediakan bekal
hidupnya, yakni aktifitas pemikiran yang tumbuh subur dan penciptaan teknologi
mutakhir yang berkelanjuutan.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar