BREAKING

Sabtu, 07 April 2018

Memaknai Ulang Kata Intelektual



Intelektual, sebuah kata yang sangat populer, iya kan? Kata ini selalu dilekatkan kepada kelompok manusia terdidik, manusia yang memiliki gagasan yang bersifat mencerahkan, pikiran-pikirannya dianggap mampu menjadi penerang jalan di tengah kebuntuan. Karena perannya yang mulia ini, banyak pihak berpandangan bahwa intelektual harus selalu berada di tempat yang bersih, dunianya pun dianggap seolah terbatas, hanya layak bersentuhan dengan dunia akademik, dunia buku, dunia gerakan sosial.

Sejauh mana pandangan di atas harus terus dipertahankan? Benarkah seorang intelektual hanya cocok hidup di dunia akademik, dunia buku, dan dunia gerakan sosial? Ada kekeliruan dalam pandangan ini. Penegasan bahwa intelektual hanya boleh berada di dunia bersih dan terlarang menyentuh dunia yang banyak noda jahat juga keliru, bagaimana mungkin perubahan bisa terjadi bila kaum intelektual hanya ingin merambah dunia bersih, itu tak lebih dari jebakan di zona nayaman, justru seorang intelektual juga harus memasuki dunia yang penuh noda, tujuannya bukan untuk ikut kotor, tapi untuk membersihkan dunia yang dipenuhi dengan noda kotor itu, bila seorang intelektual mampu melakukannya maka idealisme intelektualnya baru benar-benar bisa terbukti.

Dalam kaitan dengan hal di atas, intelektual juga tidak boleh dibatasi hidupnya hanya pada tiga dunia (dunia akademik, dunia buku, dan dunia gerakan sosial). Seorang intelektual bisa hidup di dunia manapun, dia bisa hidup di dunia politik, ekonomi, hukum dll. Lalu bagaimana dengan aktifitas intelektualnya ketika dia hidup di luar ketiga dunia tadi, apakah otomatis hilang? Tentu tidak, dengan bergelut di dunia politik anda tetap bisa membaca dan menulis, tetap bisa mencerahkan masyarakat, banyak pebisnis yang justru produktif mengarang buku, banyak budayawan yang tetap intens menghasilkan ide-ide baru.

Jadi sesungguhnya tidak perlu ada yang ditakutkan, yang layak ditakutkan ketika seseorang kehilangan idealisme, tentang hilangnya idealisme ini, itu bisa terjadi di dunia manapun, termasuk pada ketiga dunia di atas. Seorang intelektual harus punya prinsip yang kuat pada kebenaran, prinsip kebenaran itu merupakan tempat berpijak bagi dirinya dimanapun dia berada, termasuk bila keadaan memaksanya harus memasuki dunia yang penuh noda, bila prinsipnya pada kebenaran sangat kuat, maka tidak perlu khawatir ia akan ikut kotor, justru ia bisa menjadi pembersih di dunia yang kotor itu. Ingat, politik, hukum, ekonomi dll menjadi kotor karena orang-orang bersih yang biasa disebut intelektual mengharamkan diri untuk masuk ke dalamnya, akhirnya yang masuk hanya orang-orang yang memang sudah kotor sebelum masuk, lalu mencipta dunianya di dalamnya, dunia yang penuh kekotoran, lalu siapa yang harus dipersalahkan? anda pasti sudah tahu jawabannya.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT