Intelektual,
sebuah kata yang sangat populer, iya kan? Kata ini selalu dilekatkan kepada
kelompok manusia terdidik, manusia yang memiliki gagasan yang bersifat
mencerahkan, pikiran-pikirannya dianggap mampu menjadi penerang jalan di tengah
kebuntuan. Karena perannya yang mulia ini, banyak pihak berpandangan bahwa
intelektual harus selalu berada di tempat yang bersih, dunianya pun dianggap
seolah terbatas, hanya layak bersentuhan dengan dunia akademik, dunia buku, dunia gerakan sosial.
Sejauh mana pandangan
di atas harus terus dipertahankan? Benarkah seorang intelektual hanya cocok
hidup di dunia akademik, dunia buku, dan dunia gerakan sosial? Ada kekeliruan
dalam pandangan ini. Penegasan bahwa intelektual hanya boleh berada di dunia
bersih dan terlarang menyentuh dunia yang banyak noda jahat juga keliru,
bagaimana mungkin perubahan bisa terjadi bila kaum intelektual hanya ingin
merambah dunia bersih, itu tak lebih dari jebakan di zona nayaman, justru
seorang intelektual juga harus memasuki dunia yang penuh noda, tujuannya bukan
untuk ikut kotor, tapi untuk membersihkan dunia yang dipenuhi dengan noda kotor
itu, bila seorang intelektual mampu melakukannya maka idealisme intelektualnya
baru benar-benar bisa terbukti.
Dalam kaitan
dengan hal di atas, intelektual juga tidak boleh dibatasi hidupnya hanya pada
tiga dunia (dunia akademik, dunia buku, dan dunia gerakan sosial). Seorang
intelektual bisa hidup di dunia manapun, dia bisa hidup di dunia politik,
ekonomi, hukum dll. Lalu bagaimana dengan aktifitas intelektualnya ketika dia
hidup di luar ketiga dunia tadi, apakah otomatis hilang? Tentu tidak, dengan
bergelut di dunia politik anda tetap bisa membaca dan menulis, tetap bisa
mencerahkan masyarakat, banyak pebisnis yang justru produktif mengarang buku, banyak
budayawan yang tetap intens menghasilkan ide-ide baru.
Jadi
sesungguhnya tidak perlu ada yang ditakutkan, yang layak ditakutkan ketika
seseorang kehilangan idealisme, tentang hilangnya idealisme ini, itu bisa
terjadi di dunia manapun, termasuk pada ketiga dunia di atas. Seorang
intelektual harus punya prinsip yang kuat pada kebenaran, prinsip kebenaran itu
merupakan tempat berpijak bagi dirinya dimanapun dia berada, termasuk bila
keadaan memaksanya harus memasuki dunia yang penuh noda, bila prinsipnya pada
kebenaran sangat kuat, maka tidak perlu khawatir ia akan ikut kotor, justru ia
bisa menjadi pembersih di dunia yang kotor itu. Ingat, politik, hukum, ekonomi
dll menjadi kotor karena orang-orang bersih yang biasa disebut intelektual
mengharamkan diri untuk masuk ke dalamnya, akhirnya yang masuk hanya
orang-orang yang memang sudah kotor sebelum masuk, lalu mencipta dunianya di
dalamnya, dunia yang penuh kekotoran, lalu siapa yang harus dipersalahkan? anda
pasti sudah tahu jawabannya.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar