BREAKING

Selasa, 30 Juli 2013

Membaca Al Qur’an, Cukupkah?




Dalam ramadhan, salah satu amalan yang dianggap penting adalah tadarus al quran, seruan memperbanyak membaca al quran menjadi salah satu menu favorit para dai dalam menyampaikan ceramah selama ramadhan, ada banyak keutamaan yang diungkap dari aktivitas membaca al quran, pada dasarnya anjuran memperbanyak membaca al quran merupakan seruan positif ditambah lagi dengan berbagai faedah yang mengiringinya, membaca al quran minimal mampu meningkatkan kesalehan individu, akan tetapi jika kita kembali berkaca kepada fungsi utama al quran yakni sebagai petunjuk maka tentu tidak cukup jika al quran hanya sekadar dibaca tanpa dipahami dengan baik arti dan makna yang terkandung dalam setiap ayat, pada titik ini kita mesti membuat lompatan lebih jauh.
            
Dalam perspektif penulis “lompatan lebih jauh” mampu diwujudkan dengan berinteraksi secara langsung dengan arti dan makna dari setiap ayat dalam al quran. Jika kitab suci sejenis al quran hanya sekadar dibaca maka peluang untuk memahaminya juga sempit karena teks al quran tidak hadir dalam bahasa indonesia, benar bahwa akan hadir rasa tenang saat membaca al quran walaupun tidak memahami artinya namun sebagai seorang muslim kaffah maka rasa tenang tidaklah cukup untuk memahamkan al quran ke dalam diri kita. Kita sama sekali tidak bermaksud melecehkan muslim yang sekadar membaca al quran karena minimal mereka telah bersentuhan dengan panduan agama, penekanan untuk tidak sekadar membaca al quran tapi juga berusaha memahami arti dan maknanya merupakan sebuah usaha untuk mempersambungkn umat islam dengan fungsi utama al quran yakni sebagai pedoman, sebuah pedoman akan mampu diamalkan dalam hidup keseharian tatkala pedoman tersebut terpahami isinya.
            
Langkah awal untuk memahami arti dan makna al quran adalah melakukan perubahan perspektif, yakni orientasi awal dalam membaca al quran bukan lagi sekadar mencari pahala karena perspektif seperti ini akan mengantarkan umat untuk merasa puas hanya dengan membacanya. Setelah tahap ini maka umat seharusnya berpikir tentang model mushaf yang ideal dimiliki, selama ini kebanyakan umat islam mempunyai model mushaf tanpa terjemahan, seharusnya model mushaf yang ideal dimiliki adalah mushaf yang memiliki terjemahan, mushaf dengan model seperti ini akan memberikan ruang kepada pembaca untuk berkenalan dengan arti dari setiap ayat dalam al quran. Untuk selanjutnya yang dilakukan adalah berusaha terlibat aktif dalam kelompok kajian al quran, dalam konteks ini peran dai tidak cukup untuk menggiatkan kelompok kajian al quran, tetap dibutuhkan peran pemerintah melalui lembaga terkait untuk menggiatkan kelompok kajian al quran termasuk mendorong umat islam terlibat aktif di dalamnya. Penulis tetap menyadari bahwa tiga langkah yang ditawarkan masih terlalu sederhana untuk membumikan al quran sebagai sebuah pedoman hidup, semoga bermanfaat.

Penulis: Zaenal Abidin Riam    

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT