BREAKING

Selasa, 02 Juni 2015

Dari Nalar Teoritis Ke Nalar Praktis


Manusia dalam sejarah kehidupannya selalu mendapat pengaruh nalar, pengaruh nalar sangat dominan dalam pencapaian kebaikan manusia, nalar merupakan pusat pikiran yang menimbang hal baik dan buruk, ia membimbing manusia ke arah pikiran logis, yang sesuai dengan kriteria akal sehat, oleh sebab itu, penting menjaga nalar untuk tetap sehat, agar mampu terus mendorong manusia ke arah kebaikan, sakitnya nalar akan memicu dominasi pikiran dan tindakan buruk, dengan nalar yang sehat, seseorang tetap mampu mengendalikan diri di tengah kekacauan zaman. Diskursus tentang kebaikan merupakan perbincangan yang akan terus hidup, dan nalar sebagai salah satu pembimbingnya, juga akan terus dibincangkan, nalar yang sehat menyebabkan lahirnya pikiran sehat, pikiran sehat menghadirkan aksi kebaikan, selanjutnya aksi kebaikan mengkreasikan hal – hal besar dalam kehidupan manusia.
            
Sebab nalar merupakan aktifitas berpikir, sehingga produk nalar hadir dalam bentuk sangat teoritis, nalar teoritis adalah bentuk pikiran yang masih terlalu abstrak, hanya bisa dipahami oleh manusia dengan nalar cukup tinggi, nalar teoritis juga belum mampu menjelaskan kenyataan secara konkrit, manusia dengan nalar teoritis, seringkali menghadapi kesulitan dalam menjelaskan realitas kepada masyarakat awam, pemikir termasuk golongan masyarakat yang lebih dominan menggunakan nalar teoritis, namun beberapa di antara mereka mampu lebih menyederhanakannya ke dalam bentuk nalar praktis, pada hakikatnya nalar teoritis tidak salah, justru ia merupakan landasan bagi hadirnya nalar praktis, walaupun ada manusia yang mampu langsung melompat ke nalar praktis, kelemahan nalar teoritis, adalah ia sering tidak fungsional saat bersentuhan dengan realitas riil dalam kehidupan manusia.
            
Seharusnya nalar tidak hanya berhenti pada tingkatan teoritis, ia harus mampu menjelaskan fenomena praktis dengan cara yang paraktis pula, oleh sebab itu nalar teoritis perlu dihadirkan, sebuah bentuk nalar yang mampu melahirkan pikiran yang bersifat praktis, pikiran praktis merupakan penjabaran dari pikiran teoritis tadi, pikiran praktis tidak lagi berbicara tentang teori yang sangat abstrak, perbincangannya telah hadir dalam bentuk metodologi, nalar praktis melakukan penghampiran terhadap realitas keseharian manusia, bahkan ia bergelut di dalamnya, dari pergulatan langsung dengan realitas keseharian, solusi praktis kemudian ditawarkan oleh nalar praktis, para praktisi merupakan kelompok masyarakat yang dominan menggunakan nalar praktis, nalar seperti ini berbicara dalam bahasa lugas, konkrit, serta mampu terpahami oleh masyarakat menengah ke bawah.
            
Ragam masalah yang hadir di tengah bangsa dan umat, harusnya mampu didekati dengan nalar praktis, nalar praktis juga merupakan produk pemikiran, hanya saja ia hadir dalam bentuk lebih teknis, kehadiran nalar praktis tidak bermaksud menyingkirkan nalar teoritis, ke duanya tetap dibutuhkan dalam mencipta peradaban manusia, nalar praktis yang tidak memiliki landasan teoritis juga bisa rapuh, serta tidak berorientasi jangka panjang, akan tetapi nalar yang hanya terhenti pada tingkatan teoritis, akan berjarak dari kenyataan empirik (realitas sehari – hari), ia juga susah menghadirkan solusi alternatif yang pas dengan masalah riil di lapangan, nalar teoritis masih butuh penerjemahan lebih lanjut, penerjemahan tersebut lebih merupakan penyederhanaan dari bahasa teoritis tadi, sedangkan substansi nilainya tetap dipertahankan, latar belakang aktifitas tidak harus menyebabkan kita berpijak ekstrim pada satu nalar, bentuk nalar pada dasarnya selalu bisa berubah, ini bisa diamati dalam keseharian, banyak manusia yang dulu nalarnya sangat teoritis berubah menjadi lebih praktis, hal ini biasanya dipengaruhi oleh latar lingkungan, ketika lingkungan yang digelutinya semakin dekat dengan kenyataan sehari – hari, maka dengan sendirinya, ia akan terdorong menafsir ulang nalar teoritis dalam pikirannya, kunci melahirkan nalar praktis, adalah dengan semakin menenggelamkan diri dalam relitas keseharian di alam nyata.


Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT