BREAKING

Minggu, 17 Mei 2015

Peran Santri Dalam Proses Kemerdekaan

Oleh : Zaenal Abidin Riam
Ketua HMI MPO Badko Sulambanusa (Sulawesi bagian Selatan, Maluku Utara, Bali, dan Nusa Tenggara)

tulisan ini juga dimuat di:  http://www.suluttoday.com/peran-santri-dalam-proses-kemerdekaan/

   Indonesia dalam konteks Asia Tenggara, merupakan negara yang memperoleh kemerdekaannya dengan caranya sendiri, jika beberapa negara di sekitarnya memperoleh kemerdekaan dengan jalan pemberian dari penjajah, maka tidak halnya dengan Indonesia, kemerdekaan yang diperoleh Indonesia bukan pemberian penjajah, kemerdekaan ini merupakan keberanian bangsa Indonesia memproklamasikan sendiri kemerdekaannya, bahkan saat itu Belanda masih punya hasrat besar menjajah negeri ini, syukur hasrat tersebut mampu dipatahkan oleh para martir kemerdekaan kita. Tentu dalam proses kemerdekaan Indonesia, ada banyak pihak berperan di dalamnya, sayangnya sejarah seringkali tidak objektif mengakui peran semua pihak tersebut, salah satu pihak yang perannya sering diabaikan adalah kaum santri.
    Santri merupakan bagian dari entitas Umat Islam nusantara, boleh dikata santri merupakan wakil Umat Islam dalam proses kemerdekaan kala itu, santri yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah mereka yang mendapat bimbingan secara intens dari para guru / kiai, baik yang berlatar belakang pesantren maupun bukan, peran yang mereka mainkan bukan hanya dalam konteks perjuangan bersenjata, namun hingga masuk ke jalur perjuangan pemikiran, kiai dan santri memang tidak bisa dipisahkan, bagi seorang santri, khususnya di masa itu, pernyataan kiai selalu dianggap memiliki dimensi sakralitas, berorientasi pada kebenaran yang diajarkan Islam, faktor ini kemudian menyebabkan para santri di masa itu selalu takzim pada pernyataan kiai, ini pula penyebab sehingga seruan kiai untuk berjihad di medan perang melawan penjajah selalu disambut antusias oleh para santri, bagi mereka, berperang melawan penjajah tidak sekadar mengejar kemerdekaan, lebih dari itu, peperangan tersebut merupakan bentuk jihad yang diperintahkan dalam Islam.


    Jika diamati secara saksama, motivasi awal keterlibatan santri dalam proses kemerdekaan murni karena unsur agama, bagi para kiai dan santri, Belanda dianggap sebagai representasi kaum kafir yang berambisi menghancurkan Umat Islam, persepsi ini semakin dikuatkan dengan latar belakang agama serdadu belanda yang memang non islam, perlakuan Belanda dengan menangkapi beberapa tokoh Umat Islam pada masa itu, semakin menguatkan kebencian tersebut, kebencian ini lalu terakumulasi dalam seruan jihad melawan kaum kafir Belanda, motivasi ini pula yang membedakan cara pandang kaum santri dengan kelompok pejuang kemerdekaan lainnya, akan tetapi hal menarik yang perlu dicatat, perbedaan motivasi tersebut tidak menyebabkan kaum santri berjuang eksklusif, mereka tetap mampu melebur bahkan berjuang bersama kelompok pejuang kemerdekaan lainnya, hal ini mengindikasikan kaum santri memiliki sisi keterbukaan dalam perjuangan di jalan kebaikan.
    Perubahan sudut pandang mulai terjadi menjelang beberapa tahun sebelum kemerdekaan, khususnya ketika kata “Indonesia” telah memiliki simbol pemersatu ideologis, kaum santri mulai mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari kata “Indonesia”, dalam proses pengindentifikasian ini, argumentasi agama tetap menjadi dasar utama, pada posisi ini jihad memperjuangkan kemerdekaan mulai mendapat sentuhan nasionalisme, perjuangan memerdekakan Indonesia dari belenggu penjajah, merupakan jihad mulia, dan hal tersebut diperintahkan dalam Islam, mengingat Islam sudah menjadi agama mayoritas sejak penjajahan, ditambah kuatnya pengaruh kiai dan tokoh spiritual Islam lainnya terhadap Umat Islam, maka tidak jarang pejuang kemerdekaan non santri, sering meminta fatwa keagamaan kepada para kiai agar Umat Islam bergeraka aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, hal ini sebagaimana yang terjadi pada K H Hasyim Asy’ari, pendiri dan tokoh sentral NU, kejadian ini mengindikasikan bahwa pejuang kemerdekaan di masa itu menyadari pentingnya peran dan dukungan umat islam, sayang sejarah yang digubah pasca kemerdekaan sering tutup mata pada fakta tersebut.
    “Sejarah kemerdekaan negeri ini perlu ditulis ulang secara lebih jujur”, kiranya ungkapan tersebut tidak berlebihan, bukankah kita sering mendengarkan ungkapan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”, penghargaan terhadap pahlawan bisa dimulai dengan keterbukaan mengakui peran semua pihak dalam mengantar Republik ke gerbang kemerdekaan, bukan berarti bahwa kaum santri gila hormat, berambisi dijunjung sebagai pahlawan, bahkan mereka boleh jadi tidak pernah memikirkan hal itu, namun terlepas dari hal itu, yang ingin kita tegaskan, jangan sampai terjadi diskrimanasi terhadap umat dengan penganut mayoritas di negeri ini, di sisi lain hal ini mampu menjadi bukti bahwa Islam secara mayoritas tidak pernah memusuhi Indonesia, sebagaimana persepsi yang terkadang muncul belakangan ini, adanya oknum Umat Islam belakangan ini yang memberikan label kafir kepada negara, sama sekali tidak menghapus fakta betapa besarnya kontribusi Umat Islam dalam mencapai kemerdekaan, lagi pula oknum tersebut tidak hadir di masa kemerdekaan itu, sebuah negara terkadang mampu berlaku jujur pada negara lain, tapi belum tentu pada dirinya sendiri, ini yang melanda negara kita. (***)
s � k t ؏! H(! di Indonesia, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, telah terang – terangan menyatakan komitmennya bahwa NKRI telah final, kehadiran Umat Islam di Indonesia adalah mewujudkan dan terpeliharanya nilai islami dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan untuk membentuk negara islam, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah juga menjadi pionir bahwa kita bisa berislam tanpa menanggalkan keindonesiaan kita, berislam bukan berarti harus mencomot model kehidupan arab, yang perlu hidup di Indonesia adalah islamisasi, bukan arabisasi, Indonesia perlu bersyukur dengan kokohnya dua ormas islam terbesar ini, karena mereka telah menyatakan loyalitasnya di bawah panji merah putih, namun tetap memegang teguh atribut keislamannya.    



About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT