BREAKING

Sabtu, 20 Juli 2013

Ramadhan Paling Politis Untuk Wilayah Makassar


Ramadhan kembali menyapa umat Islam, berbagai persiapan sibuk dilakukan jauh sebelum ramadhan masuk, bagi umat Islam ramadha tidak hanya sekadar perkara buka puasa, makan sahur, dan tarwih, akan tetapi lebih dari itu ramadhan merupakan momen spesial bagi berlangsungnya banyak hal, misalnya: berkumpul dengan keluarga, berbagi terhadap sesama, motivasi untuk meningkatkan aktivitas ibadah dll. memang tidak bisa digeneralisir fenomena ramadhan yang berlangsung antara satu daerah dan daerah lain. Untuk wilayah Makassar maka ramadhan kali ini cenderung “sangat politis” betapa tidak momen pemilihan walikota yang akan berlangsung pada 2014 mendorong para calon untuk melakukan sosialisasi massif selama ramadhan, tidak luput jargon jargon keagamaan sering bercampur baur dengan retorika politik.

Penulis termasuk orang yang meyakini bahwa agama (islam) bukanlah ajaran yang anti politik bahkan Rasulullah pada dasarnya juga melakukan aktivitas politik di masanya, pandangan yang seolah menabukan agama terhadap politik mesti dikritisi dalam sisi tertentu, tidak mustahil pandangan tesebut muncul sebagai sebuah upaya sekularisasi ekstrim dengan mencoba mengebiri agama dari dunia politik, agama bisa bersentuhan dengan dimensi kehidupan apapun, namun tetap perlu dicatat bahwa agama tidak boleh menjadi tunggangan politik.

Dalam konteks makassar, percampuran antara jargon agama dan politik menjadi sangat sukar terurai, lihat saja iklan di media cetak dan elektronik, bisa dikatakan waktu menjelang buka puasa dan sahur  merupakan ajang perang iklan politik berbalut religi antara satu kandidat dan kandidat lain, ditambah lagi dengan para caleg yang tak mau ketinggalan untuk sekadar numpang lewat di waktu tersebut, para kandidat yang dulunya sangat jarang mengeluarkan bahasa bernada islami tiba - tiba mampu berbahasa islami secara fasih. pada dasarnya yang lebih diuntungkan dalam situasi seperti ini adalah para kandidat yang memang sejak dulu dikenal sebagai tokoh agama, label tersebut minimal bisa membantu mereka dalam mengurangi resistensi masyarakat, tak ketinggalan pula para penceramah ramadhan tertentu yang memiliki afiliasi terhadap kandidat tertentu seringkali secara tak sadar (atau memang disadari) mengarahkan para jamaah untuk emilih kandidat tertentu, walaupun dengan bahasa yang agak halus bahkan seolah puitis, mungkin ini masuk kategori bermasalah.

Terlepas dari semua sepak terjang kandidat walikota selama ramadhan maka masyarakatlah yang palig layak menilai, penulis tidak ingin memberikan label cerdas atau tidak cerdas kepada masyarakat dalam kaitannya dengan tindakan para kandidat selama ramadhan, masih terlalu dini memberi label cerdas kepada masyarakat karena dalam kenyataannya banyak masyarakat paham akan prilaku para kandidat yang sebenarnya menyimpang namun mereka tidak bereaksi terhadap prilaku tersebut, cerdas dalam menentukan pilihan tidak bisa diukur “sebatas memahami” tapi lebih jauh pahaman tersebut mesti mewujud dalam tindakan nyata, semoga masyarakat Makassar mampu memutuskan nasibnya di jalan yang paling benar.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT