BREAKING

Selasa, 09 Juni 2015

Ukhuwah dan Kelangsungan Hidup Organisasi

Ibnu Khaldun, seorang sosiolog muslim, pernah berkata, solidaritas sosial (ashabiyah) merupakan salah satu penopang kehidupan komunitas atau masyarakat. Tesis Ibnu Khaldun bukan tanpa alasan, mengamati kenyataan dalam lintasan sejarah,  kekuatan solidaritas sosial memiliki tempat tersendiri dalam kemunculan dan pencapaian tertinggi dari sebuah masyarakat, sebaliknya tanpa bermaksud mengabaikan faktor lain, kehancuran sebuah komunitas selalu berawal dari kerenggangan solidaritas sosial, saat perselisihan internal telah mengarah pada perpecahan, kemudian berlanjut pada perebutan kekuasaan di antara sesama anggota komunitas, ketika konflik kekuasaan tak lagi terkendali maka berakhirlah nasib komunitas tersebut.
            
Dalam pengalaman dunia modern, tentu kita tidak ingin mengulang catatan hitam sejarah. Dalam bahasa lebih umum, kata solidaritas sosial bisa diganti dengan kata ukhuwah (persaudaraan), sedangkan kata komunitas diganti dengan kata organisasi, walaupun model pengelolaan antara komunitas dan organisasi mengalami perbedaan (ditinjau dari segi zaman), namun tidak bisa dipungkiri bahwa ukhuwah atau solidaritas sosial memiliki peran penting pada ke duanya, untuk konteks organisasi dalam dunia modern ukhuwah berperan penting dalam mengendalikan konflik kepentingan.


Secara umum dalam setiap organisasi selalu hadir potensi konflik, sebuah organisasi bisa saja terlihat adem di permukaan namun hal itu belum tentu sama pada aspek laten, saat konflik laten telah mewujud ke dalam konflik terbuka maka nalar konflik menjadi semakin dominan, bahkan ia menjadi kesadaran utama, akibatnya prasangka curiga lebih dikedepankan dari prasangka baik, pada posisi ini, kepercayaan menjadi luntur bahkan hilang, bila kepercayaan telah tiada maka usaha saling menyingkirkan akan terbuka, walaupun situasi seperti ini lebih berpeluang terjadi pada organisasi besar, khususnya organisassi yang memiliki daya tawar mapan, akan tetapi organisasi kecilpun bukan tidak punya potensi untuk terseret ke dalam situasi ini, yang berbeda hanya eskalasi konfliknya.
            
Seharusnya dalam berorganisasi kita menjunjung tinggi prinsip ukhuwah, ukhuwah yang kuat akan menghidupkan prasangka baik di antara sesama anggota organisasi, prasangka baik melahirkan rasa saling percaya, bila kesalingpercayaan hidup maka usaha untuk saling menyokong di antara sesama anggota organisasi menjadi mapan, sehingga anggota bisa berjalan bersama pada garis haluan organisasi, munculnya masalah dalam organisasi idealnya disikapi dengan usaha menyamakan persepsi, hal ini akan terjadi bila dialog konstruktif bisa dilakukan, tetapi dialog hanya mampu berjalan bila ada sikap saling terbuka, dalam artian masing – masing anggota organisasi tidak merasa bahwa dirinyalah yang paling benar, pada dasarnya perbedaan sikap hanya disebabkan oleh perbedaan tafsir dan persepsi dalam memandang sesuatu, bagian ini yang perlu dikomunikasikan lewat dialog, sebab tidak ada tafsir dan persepsi yang benar secara mutlak.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT