kali ini
di ufuk mentari
kita masih bersua
tapi dalam perbedaan
kasta kembali
saat manusia merangkak ke atas
semakin berbedalah kita
kian berjarak
oleh ilusi
angan tanpa kenyataan
mungkin memang seperti itulah manusia
senang memodernisasi kasta
atas perintah posisi
narasi ini boleh jadi tak layak tampil di panggung cerita
mungkin pula ini narasi terburuk bagi pecinta kesucian
bahkan mereka yang seolah suci
kami memang tak paham kesucian
bentuknya pun tak pernah kami nampak
kami masih terlalu kotor untuk menjadi suci
kami juga tak ingin seperti mereka
yang merasa suci dalam lumpur kotor
lumpur kasta
semakin tinggi kastanya
semakin berjayalah bersama keburukan
lalu kita sama melihat kemunafikan bertahta di podium pertama
dan yang di bawah
hanya bisa gigit jari
karena itulah bahasa kekalahan yang paling nyata
bagi mereka yang terlalu cepat merasa menang
tanpa mereka sadari
bahwa dirinya kalah setiap waktu
di ufuk mentari
kita masih bersua
tapi dalam perbedaan
kasta kembali
saat manusia merangkak ke atas
semakin berbedalah kita
kian berjarak
oleh ilusi
angan tanpa kenyataan
mungkin memang seperti itulah manusia
senang memodernisasi kasta
atas perintah posisi
narasi ini boleh jadi tak layak tampil di panggung cerita
mungkin pula ini narasi terburuk bagi pecinta kesucian
bahkan mereka yang seolah suci
kami memang tak paham kesucian
bentuknya pun tak pernah kami nampak
kami masih terlalu kotor untuk menjadi suci
kami juga tak ingin seperti mereka
yang merasa suci dalam lumpur kotor
lumpur kasta
semakin tinggi kastanya
semakin berjayalah bersama keburukan
lalu kita sama melihat kemunafikan bertahta di podium pertama
dan yang di bawah
hanya bisa gigit jari
karena itulah bahasa kekalahan yang paling nyata
bagi mereka yang terlalu cepat merasa menang
tanpa mereka sadari
bahwa dirinya kalah setiap waktu
ZaEnal Abidin RiAm, Desember 2015
Posting Komentar