BREAKING

Selasa, 25 April 2017

Bangkitnya Lokalisme


Globalisasi adalah istilah yang akrab di telinga manusia, mereka yang pernah menginjakkan kaki di bangku pendidikan hampir pasti pernah mendengar istilah ini, globalisasi pada dasarnya mengarah pada upaya penyeragaman pola pikir dan sikap, minimal kita bisa menerima pandangan ini bila memandang globalisasi dalam kerangka yang cenderung positif, pola pikir yang diusung adalah modernisme, modernisme dibangun dari perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, menyeru pada pola pikir rasional dan hanya percaya pada fakta materil, pola pikir tersebut diharuskan menular pada sikap, sikap sebagai manusia ilmiah.

Ketika globalisasi masuk ke wilayah lokal di berbagai belahan dunia, maka sudah pasti akan muncul benturan, benturan antara nilai yang terkandung dalam globalisasi dengan nilai kebudayaan lokal setempat, benturan ini memicu lahirnya ketegangan nilai, di wilayah tertentu tensinya bisa sangat tajam, prosesnya juga bisa memakan waktu cukup lama, namun bisa juga sebaliknya, prosesnya berjalan singkat dengan globalisasi sebagai pemenangnya walaupun tak secara utuh.

Globalisasi cenderung merasa bahwa nilai yang dibawanya adalah paling unggul, paling benar, sehingga harus diberlakukan di semua tempat, disini globalisasi telah berubah menjadi paham, globalisme, di masa awal ekspansinya, globalisme benar-benar tak terbendung, globalisme menjadi narasi besar yang terlalu susah dilawan, bahkan memahami titik lemahnya juga sangat susah, di fase ini masyarakat yang tekena dampak globalisme menerima paham ini secara utuh tanpa keberatan apapun, namun pada fase selanjutnya kesadaran baru mulai muncul, masyarakat di wilayah lokal mulai menaruh kecurigaan terhadap globalisme, mereka mempertanyakan ulang superioritas nilai yang dibawa globalisme, dan pada saat bersamaan, mereka meyakini nilai lokal mereka lebih layak menjadi pemandu hidupnya dibandingkan nilai globalisme.

Kesalahan mendasar globalisme karena cenderung memandang rendah budaya lokal setempat, masyarakat lokal beserta perangkat nilai budayanya selalu dianggap sebagai kelompok terbelakang, karena dianggap terbelakang maka mereka harus dibuat maju, caranya dengan dipaksa secara tidak langsung mengikuti nilai globalisme. Globalisme selalu merasa lebih paham kondisi masyarakat setempat dibandingkan masyarakat di wilayah itu sendiri, termasuk merasa seolah lebih paham cara hidup yang terbaik buat mereka, pandangan ini pasti keliru, sudah pasti yang lebih paham suasana kebatinan dan suasana empirik adalah masyarakat yang menghuni wilayah itu, mereka lebih mengenal alamnya, mereka lebih paham cara menghadapi alamnya.             


Era sekarang menunjukkan gelombang kebangkitan lokalisme, setiap wilayah lokal melakukan penafsiran kembali terhadap perangkat nilai budaya mereka, hal itu mengantarkan mereka pada pemahaman baru tentang budaya mereka, pemahaman terhadap budaya tidak lagi berhenti pada aspek bentuk, tapi menukik jauh ke dalam wilayah nilai, generasi baru telah muncul, generasi lama yang memandang budaya sebatas bentuk telah tergantikan, mereka ini yang dulunya terlalu gampang menerima penetrasi globalisme, bangkitnya lokalisme juga terjadi pada wilayah narasi dan institusi, pada wilayah narasi, muncul istilah kearifan lokal dan ragam istilah lainnya, mereka menolak dilabeli sebagai narasi pinggiran, pengkotakan narasi mayor dan narasi minor ditolak dalam diskursus ini, sedangkan pada wilayah institusi, pemerintah mulai menaruh perhatian tentang pentingnya kearifan lokal, ragam forum ilmiah digelar guna melahirkan kebijakan yang pro kearifan lokal, walaupun dalam banyak hal upaya institusi masih terkadang setengah hati. 

Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Intelektual dan Peradaban PB HMI MPO Periode 1437 - 1439 H/2015 - 2017 M

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT