(tulisan ini
juga diterbitkan di www.hminews.com)
ZAENAL ABIDIN RIAM
Ketua Umum HMI MPO Cabang Makassar
Periode 1432-1433 H
HMI sebagai organisasi mahasiswa
tertua pasca kemerdekaan telah melahirkan beberapa manusia besar, para manusia
besar tersebut diproses dalam rahim perkaderan hijau hitam, kebesaran nama
mereka lahir dari beberapa faktor, bisa karena kemampuan intelektual, kharisma
atau faktor lain yang menyebabkan namanya melejit di ruang hijau hitam. Tidak
diragukan, kecerdasan pikiran yang dimilikinya terkadang menyebabkan mereka
menjadi salah satu patron intelektual sehingga ia menjadi acuan intelektual
pada zamannya bahkan beberapa generasi sesudahnya, patron pemikiran dalam dunia
hijau hitam tidak hanya dialamatkan kepada individu tertentu akan tetapi ia
juga terkadang dialamatkan kepada komunitas tertentu bahkan generasi
tertentu yang pernah mewarnai dialektika
pemikiran dalam tubuh hijau hitam.
Menonjolnya individu, komunitas, dan
generasi tertentu sebenarnya merupakan hal alamiah karena hidup berlembaga
selalu diwarnai dengan dinamika pasang surut sehingga masa tertentu diwarnai
“pasang pemikiran” yang dahsyat sehingga melahirkan individu dan komunitas yang
berpotensi menjadi patron sementara masa yang lain diwarnai “surut pemikiran”
yang tajam sehingga memunculkan kecenderungan
dalam diri generasi pada masa itu
untuk menapaki jejak generasi tertentu yang individunya dianggap layak untuk
dijadikan tumpuan pemikiran, harapannya agar generasi mereka yang terasa surut
mampu bangkit dan berdiri sejajar dengan generasi cemerlang yang muncul sebelum
generasinya.
Kemunculan patron pemikiran dan
tindakan dalam sejarah HMI merupakan hal alamiah, patron tidak selamanya
berimplikasi negatif terhadap lembaga karena kita tidak bisa memungkiri bahwa
terdapat pikiran dan tindakan ideologi tertentu masa lalu yang masih mampu
menemukan perteutan realitasnya di masa sekarang, namun patron akan
berimplikasi negatif tatkala generasi sekarang menyimpan kekaguman berlebihan
terhadap individu, kelompuk atau generasi pendahulu mereka yang dianggap
sebagai patron pemikiran dan tindakan, kondisi seperti ini bisa saja melahirkan
mandulnya kreatifitas berpikir dan bertindak serta tidak menyadari kehadirannya
di masa kini. Kemandulan kreatifitas berpikir dan bertindak bisa terjadi sebab
patron pikiran dan tindakan masa lalu (secara sadar atau tidak) telah dianggap
sebagai referensi mutlak yang mesti diikuti, hal ini tidak saja memangkas
kreatifitas berpikir dan bertindak tetapi lebih jauh akan melahirkan pola pikir
dan tindakan regresif (berpikir dan bertindak mundur). Jika ini terjadi maka,
kita bisa memahami penyebab sehingga para kader terkadang canggung dalam
mengapresiasi realitas ke-HMI-an, mengapa? Karena ia telah melakukan pemutusan
secara tidak sadar antara pola pikir dan realitas zamannya dengan cara mengambil
pola pikir masa lalu sebagai langkah utama dalam menyikapi realitas terkini
padahal pola pikir tersebut sering tidak menjumpai realitas empiriknya di
lapangan.
Dalam perspektif penulis, patron
bukan bagian yang mutlak disalahkan sebab ia lahir secara alamiah dalam siklus
kehidupan manusia, adalah lebih tepat untuk menganalisa penyebab generasi yang
melakukan proses patronase, secara sederhana patronase muncul disebabkan oleh
inferioritas generasi tertentu, inferioritas tersebut muncul setelah mereka
melakukan perbandingan pencapaian antara generasi yang dijadikan patron dengan
generasinya yang dianggap tidak mampu mencapai apapun, pada situasi ini yang
dibutuhkan adalah rasa percaya diri untuk bertindak menghadapi gesekan realitas
masnya, namun kepercayaan diri dalam ranah pemikiran hanya bisa muncul tatkala
iklim intelektual berikut penunjangnya juga mampu membahasakan diri secara utuh
dalam ruang realitas hijau hitam, generasi tertentu akan mencari patron
pemikiran pada generasi sebelumya apabila ia tidak memiliki kepercayaan diri
dalam menyikapi realitas, rasa percaya diri hanya bisa muncul saat iklim
intelektual bejalan efektif dalam generasi tersebut sehingga mereka merasa
mampu untuk berdiri sejajar dengan generasi sebelumnya yang pernah dianggap
jaya. Melakukan perbandingan serta mangambil ibrah dari generasi HMI masa lalu
merupakan hal wajar namun menjadikan mereka sebagai sebuah referensi absolut
sama halnya dengan memundurkan sunnah kelembagaan yang semestinya bergerak
maju, generasi HMI masa kini harus berani berpikir dan bertindak ala zamannya
karena mereka adalah pemilik zamannya.
Posting Komentar