ingin
Memandang jauh
Jauh…jauh
kedepan
Menembus
batas cakrawala
Melukis
dunia imaji
Namun
pandangan itu terhenti
Terganjal
bangunan satu garis
Beralaskan
tanah
Hampir
poranda
Wajah
sendunya terlihat memelas
Meminta
diselamatkan dari akhir kisah hidupnya
Mulailah
ia berkisah
Tentang
dirinya yang hanya mengenal malang
Terlalu
akrab ia padanya
Pun
cerita tentang pendirinya
Yang
hanya mau tau satu kata “kualitas”
Bosan
ia pada kata itu
Pun
pada hurufnya
Makan
kata itu, gerutunya
Mengapa
si jas parlente menghardiknya, mengucap kata memuakkan
Sementara
dirinya dicampakkan
Dibiarkan
tersudut di pinggiran negeri
Tanpa
buku, tanpa guru, apa yang bisa kuberikan pada kumpulan anak polos itu? Pikirnya
“Pak
tak usahlah menuntutku
Jika
tak tahu kepedihanku
Jika
hanya berdiam di istanamu
Dibalik
bodyguard mu”
Aku
bukan sekolah
Diriku
hanya bangunan malang yang menampung manusia malang”
Tapi
kemana keluh itu akan tersampai
Jika
si bos hanya sibuk mengumbar janji
Termenunglah
ia
Dalam
sedak amat dalam
Mengundang
bulir air mata
Menanti
maut yang segera membelai.
Zaenal Abidin Riam, Mamoa Ria (Makassar)
16 Mei 2013, Pkl 16.23 Wita
Posting Komentar