Silih
berganti
Patah
tumbuh
Dalam
dimensi yang terus berubah
Diri diam terpaku
Seolah
cuek saat jarum jam berdenting
Abai
dengan matahari yang berlari dari timur ke barat
Lengkap
dengan sunggingan senyumnya
Masih
terdiam dengan kebiasaan lama
Dengan
logika lama
Semuanya
serba “masih ada hari esok”
Hari
selalu ada tapi diri tak selalu ada
Ada
masa ia akan retak, remuk, terhambur ke sudut gelap
Diri,
maukah engkau menanam prinsip baru
Prinsip
yang lebih peka, lebih perasa, atas dasar rasa
Dengan
rasa itu kau akan merasa
Lalu
tersadar dari lamunan kosongmu
Bahwa
dentingan jarum jam merubah masa
Bahwa
matahari merentakan dunia
Pun
kau ikut renta
Diri,
kau bisa memilih
Memilih
untuk tidak diam
Tidak
larut dalam lamunan kosong
Fantasi
tanpa wujud
Semua
itu akan membuatmu lupa
Bahwa
cahaya keemasan itu terus berlari meninggalkan dirimu yang mematung
Tak
perlu kau kejar dengan kata
Karena
waktu itu adalah bukan tumpukan huruf yang merangkai kata
Waktu
hanya bertanya tentang tindakanmu saat ia beranjak
Maka
jawablah pertanyaannya dengan tindakan.
Zaenal Abidin Riam, Makassar 17 Mei
2013, 07.38 Wita
Posting Komentar