Secara umum tulisan ini tidak hendak membedah relasi antara komunitas kreatif (atau terminologi lain yang sepadan dengannya) sebagai sebuah konsep dan realitas empiriknya dalam keseharian, catatan ini akan lebih fokus menganalisa peluang kemunculan komunitas kreatif dalam dunia gerakan yang sedang dilanda dilema, dilema dimaksudkan adalah penurunan kreatifitas metodologi dan bentuk yang melanda dunia gerakan sosial, diakui atau tidak, pergeseran situasi keumatan dan kebangsaan merupakan alarm bagi komunitas gerakan sosial untuk memeriksa ulamg cara kerja kelompoknya, memilih mencetuskan kreasi baru atau tidak, keputusannya berada pada masing – masing organisasi gerakan, sudah barang tentu keputusan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh hasil analisa mereka terhadap kemyataan.
Dalam terma sederhana, komunitas
kreatif dapat dipahami sebagai sebuah komunitas dengan anggota terbatas yang
konsen menelorkan ragam gagasan besar lalu ide besar tersebut mampu mempemgaruhi
masyarakat untuk bergerak berdasarkan ide brilian yang mereka lahirkan.
Berdasarkan defenisi sederhana di atas maka kita kemudian bisa memahami bahwa
komunitas kreatif bukanlah sebuah organisasi massa, penting dipahami bahwa
massa tidak akan mampu melakukan apapun tanpa ada panduan ide yang bisa
memberikan mereka kesadaran baru, pada posisi ini dapat dipahami penyebab
gagalnya kelompok gerakan sosial yang tidak proporsional dalam memberikan
penekanan antara kekuatan ide dan kekuatan massa, mengutip pepatah lama demgan
sedikit modifikasi “kumpulam manusia yang berjalan tanpa ide ibarat kelompok
orang buta yang berjalan di pinggiran jurang, mereka bisa sampai ke ujung jalan
dengan selamat namun peluangnya untuk jatuh ke jurang tersebut lebih besar lagi”.
Tidak bisa dipungkiri bahwa
kuantitas manusia yang sadar akan perubahan sosial lebih sedikit dibandingkan
dengan mereka yang bersifat apatis terhadap keadaan sehingga akan lebih tepat
jika sebuah kelompok gerakan memposisikan diri sebagai komunitas kreatif yang
lebih condong pada kerja ide, kerja ide seharusnya dimulai dengan kemampuan
analisa dalam membedah realitas, hal itu berarti pisau analisis dari setiap
individu dalam komunitas harus dipertajam. Melalui apa? Tentunya melalui
gerakan intelektual lewat baca buku, diskusi, terlibat aktif dalam kelompok
kajian tertentu dan upaya pencerahan intelektual lainnya, kegiatan semacam ini akan membantu kemampuan analisa lapangan
khususnya dalam hal mengumpulkan data konkrit terkait kebijakan tertentu yang
mesti disikapi. Jika kita ingin lebih terbuka menilai penyebab sehingga
masyarakat seolah tidak tertarik mengadopsi ide yang digemborkan oleh oknum
gerakan tertentu maka hal itu terjadi karena ide tersebut tidak memiliki daya
tawar sebab ia tidak berasal dari hasil analisa yang matang terhadap realitas.
Perlu
hadir perubahan paradigma pada kelompok gerakan sosial, perubahan paradigma
dibutuhkan guna memeriksa kembali kenyataan yang sementara berjalan agar kita
juga mampu melahirkan sikap paling tepat dalam menyikapi kemyataan, dalam
perspektip penulis diskursus komumitas kreatif layak dibincang lebih lanjut
sebagai sebuah penyegaran wacana dan tindakan , walaupun komunitas kreatif
bukan sesuatu hal yang sungguh baru secara substantif namun diskursus gerakan
ini minimal mampu memberikan perspektif baru dalam memandang realitas sosial kemasyarakatan yang
merupakan arah pandangan dari setiap kelompok gerakan sosial serta semestinya
seperti apa kita menguraikan sikap terhadap realitas kemasyarakatan yang bergeser
dalam laju yang cepat, penulis pun menyadari bahwa tulisan ini masih sangat
sederhana dalam mengurai komunitas kreatif “di alam nyata” sehingga butuh
dibincangkan lebih lanjut sebelum kembali dituangkan dalam bentuk tulisan
dengan tema serupa pada kesempatan lain, semoga terwujud, amin,
Zaenal Abidin Riam
Kader HMI MPO
Komisariat Tarbiyah UIN Alauddin Makassar
thanks ya infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id
sama@, salam hangat....
Hapus