BREAKING

Minggu, 17 Mei 2015

Ketika Revolusi Hanya Bertumpu Pada Aspek Politik

Bagi pecinta perubahan, revolusi merupakan harapan paling ideal, revolusi dianggap sebagai bentuk perubahan paling ideal, revolusi dianggap mampu melahirkan perubahan hakiki, bukan perubahan tambal sulam, dalam kenyataannya, revolusi selalu dikaitkan dengan aspek politik, bahkan revolusi yang terjadi, seringkali hanya merevolusi kehidupan politik, bila berkaca pada kenyataan, ragam revolusi yang terjadi di dunia ini, disemai di medan politik, ditempuh melalui jalur politik, ujungnya yang direvolusi hanya aspek politik, bila diamati secara saksama, kecenderungan tersebut (menitikberatkan revolusi pada aspek olitik), berangkat dari sudut pandang, bahwa panglima kehidupan dalam sebuah komunitas, adalah politik, pandangan ini lalu mengantar penganutnya, menjadikan politik sebagai penentu bidang kehidupan lainnya, nasib bidang sosial, budaya, ekonomi, hukum dll sangat ditentukan oleh wajah politi, bila dikaitkan dengan revolusi, maka keyakinan tersebut menganggap, revolusi politik, serta – merta menyebabkan perubahan revolutif pada aspek kehidupan lainnya, keyakinan semacam ini perlu dikaji secara kritis.

Berdasarkan fakta, beberapa negara yang berhasil melakukan revolusi, khususnya revolusi yang bertumpu pada dimensi politik, tidak serta merta mendatangkan perubahan drastis, menuju arah yang lebih baik, dalam negara tersebut, revolusi dalam negara tersebut tidak jarang hanya berumur kacang, setelah itu, wajah buram negara pra revolusi, muncul kembali, secara umum revolusi terjadi disebabkan adanya ketidakpuasan terhadap keadaan, ketidakpuasan ini kemudian meluas, ketidakpuasan ini tidak harus berasal dari kalangan bawah, dalam realitasnya, seringkali ketidakpuasan ini, digerakkan kaum atas yang pengaruhnya kemudian menurun ke masyarakat awam, akumulasi dari ketidakpuasan tersebut, melahirkan tindakan penggulingan terhadap penguasa yang dianggap diktator, jadi secara umum revolusi selalu diwarnai dengan penumbangan para tiran, diktator penguasa, memang rata – rata dalam negara yang baru saja melangsungkan revolusi, iklim perubahan tumbuh subur, namun tidak lama setelah itu, perubahan menjadi beku, muncul kelompok penguasa baru, kelompok penguasa ini, biasanya berasal dari pelaku revolusi, janji perubahan yang dulu mereka dengungkan, segera sirna di bawah kediktatoran baru yang mereka buat.

Kita harus berani mengakui, bahwa revolusi yang hanya bertumpu pada aspek politik, tidak serta merta mendatangkan perubahan pada aspek kehidupan lain, kalau memang ada pengaruhnya, hal tersebut tidak signifikan, kenyataan bahwa revolusi yang hanya bertumpu pada aspek politik, dan berhasil, namun kemudian tidak seindah janji idealnya, bahkan beralih menjadi lebih buruk, merupakan pelajaran bahwa revolusi, tidak bisa hanya dititikberatkan pada wilayah politik, jika kita masih memimpikan revolusi, dan yakin akan keampuhannya, maka yang perlu dilakukan adalah, menyebar pahaman revolusi ke semua aspek kehidupan, benih revolusi harus ditabur pada setiap dimensi kehidupan, dengan demikian, gerakan ke arah revolusi, akan terjadi pada setiap domain kehidupan, bila hal ini terjadi, maka kiranya inilah yang patut disebut revolusi sitemik, semua sistem kehidupan direvolusi secara sistemik, tentu hal ini membutuhkan rekayasa matang, terencana, ditambah kesabaran dan ketekunan dalam mengerjakannya.

Revolusi sistemik pada semua sendi kehidupan, dapat dimulai dengan memanfaatkan semua mujahid, aktifis, pemerhati perubahan, dalam setiap aspek kehidupan, mereka yang selama ini konsen pada dunia pendidikan, perlu bergerak menanamkan pendidikan yang revolutif, mereka yang fokus pada seni budaya, perlu berupaya agar nilai budaya yang mampu mendorong revolusi, dbangkitkan kembali, mereka yang mengaku sebagai pemerhati hukum, perlu memastikan agar hukum berdiri di atas jalan menuju revolusi, mereka yang selama ini menghibahkan hidupnya pada dunia ekonomi, punya keharusan untuk memastikan, bahwa konsep dan praktik ekonomi, tidak dimonopili oleh sekelompok bandit di tingkat elit, mereka yang bergerak dalam dunia sosial, perlu melakukan penyadaran berkesinambungan kepada masyarakat, tentang situasi yang sangat timpang, serta pentingnya revolusi sebagai solusi mengalami ketimpangan intinya para penggiat perubahan, yang berkecimpung dalam berbagai bidang kehidupan, perlu merapatkan barisan, duduk bersama, berdiri bersama, berjalan bersama, demi menuntaskan cita – cita revolusi.

Penulis: Zaenal Abidin Riam   


About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT