Oleh: ZaEnal Abidin RiAm
Filsafat
sebagai cabang ilmu tertua telah mengalami perkembangan, ragam teori dari
berbagai masa terus berhamburan, pada dasarnya, teori baru dalam filsafat,
merupakan kritik terhadap teori sebelumnya, hal ini ini menunjukkan bahwa
filsafat memang cukup dinamis, kondisi tersebut sesuai dengan karkter dasar
filsafat, dalam artian aspek kritisnya, filsafat tidak pernah merasa puas diri,
ia selalu aktif mempertanyakan, serta berupaya mengungkap realitas di
sekitarnya, bagi seorang filsuf, atau paling tidak mereka yang menaruh perhatian
besar pada filsafat, realitas tidak dilihat secara datar, pandangannya tidak
terbatas pada permukaan realitas, mereka selalu berupaya melampauinya, masuk
lebih dalam hingga ke akar realitas, berpikir filosofis mengharuskan kita
menelaah masalah hingga ke akarnya, sebab disitulah sumber masalahnya, dengan
mengetahui sumber masalah, maka pemecahan masalah juga akan tepat sasaran.
Perkembangan
filsafat harus disikapi secara kritis, tidak boleh diterima begitu saja, sikap
kritis tersebut urgen dihadirkan dalam menilai pandangan baru dalam filsafat,
apakah pandangan baru tersebut benar – benar baru? Maksudnya bahwa apakah
pandangan tersebut benar – benar berbeda dari setumpuk teori sebelumnya? Jika
ia murni berbeda dari teori sebelumnya, maka ia memang layak menyandang
predikat baru, namun, jika ia hanya merupakan kemiripan dari teori sebelumnya,
maka pandangan tersebut tidak bisa dikatakan baru, ia lebih layak diistilahkan
sebagai pandangan lama yang dijelaskan dalam bahasa lain, bila mengacu pada teori,
sebuah aliran filsafat dapat dikatakan berdiri sendiri, bila pandangan tersebut
terbedakan secara mandiri dari sisi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Pembedaan pada tiga aspek tersebut, tidak mutlak berlaku bagi aliran filsafat
yang dinyatakan baru, terdapat pandangan tertentu dalam filsafat, yang memiliki
ciri khas tersendiri dari sudut epistemologi, namun ciri khas tersebut tidak
terlihat dari aspek ontologi dan aksiologi.
Jika
diamati secara mendalam, penasbihan kata baru pada aliran filsafat tertentu,
lebih ditekankan apada aspek epistemologi, dengan kata lain, bila ia mandiri
secara epistemologi, maka ia sudah layak disebut sebagai aliran filsafat
baru,bila ini tolak ukurnya, maka label sebagai aliran filsafat baru tidak
sepenuhnya tepat, akan lebih tepat bila dikatakan aliran baru filsafat dari
sisi epistemologi, penyebutan ini terkesan lebih proporsional, objektif, dan
berimbang, di sisi lain ini juga mempertegas sikap kritis kita terhadap
perkembangan filsafat, bukan berarti dengan pendirian seperti ini, maka kita
seolah tidak memberi ruang pada perkembangan filsafat, ini hanya merupakan
usaha kritis demi memastikan bahwa aliran baru dalam dunia filsafat, memang
baru secara utuh, bukan baru pada aspek tertentu saja, bila ia memang hanya
baru pada aspek tertentu saja, maka penegasan kebaruan hanya layak dilakukan
pada aspek tersebut.
Demi
menjaga sikap kritis terhadap filsafat, maka verifikasi mendalam juga harus
dilakukan pada aliran filsafat yang dianggap baru dari sisi epistemologi,
penegasan awalnya adalah, aliran filsafat yang datang belakangan, tidak bisa
diputus total dari aliran yang datang sebelumnya, sebab filsafat memang
merupakan dunia perdebatan pemikiran, debat pemikiran ini yang kemudian
melahirkan khazanah filsafat baru, dinamika ini juga terjadi dari sudut
epistemologi, untuk menjawab status kebaruan yang terlanjur dilekatkan pada
aliran filsafat dari sisi epistemologi, maka perlu dilakukan penelaahan
mendalam, kita tidak bisa menjawab begitu saja, sebab jawaban yang begitu saja
juga merupakan jawaban yang tidak kritis, tentu hal ini memakan waktu dan
tenaga, penelitaian ini menjadi urgen sebab beberapa aliran filsafat tertentu,
yang muncul belakangan, akar pemikirinya dapat dilacak pada aliran filsafat yang
datang ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya, yang perlu ditekankan disini
ialah, apakah akar pemikiran tersebut memang melahirkan bentuk pemikiran baru?
Atau ia sekadar ditafsirkan dalam realitas yang berbeda? Bila ia hanya bentuk
tafsiran, maka ia bukan baru dalam artian sesungguhnya, namun ia hanya
merupakan hasil daur ulang pandanagan, kita butuh berjemur lama di pantai
filsafat untuk menjawab pertanyaan ini.
Posting Komentar