Oleh: Zaenal Abidin Riam
Ketua HMI MPO Badko Sulambanusa (Sulawesi bagian selatan,
Maluku utara, Bali dan Nusa tenggara)
Kehidupan manusia senantiasa bergeser dari waktu ke waktu, bersamaan
dengan itu, budaya sebagai bagian kehidupan manusia, juga turut berubah, ada budaya
lama yang ditinggalkan, ada pula sebagian kecil yang masih tetap digunakan,
pada dasarnya, pergeseran budaya merupakan hal lumrah, bahkan bagian dari hukum
alam, hal ini karena budaya merupakan kreasi manusia, manusia dalam fase
kehidupan berbeda, memiliki perbedaan pandangan tentang kebudayaan ideal
menurut zamannya, budaya ideal di masa lalu tidak serta merta dianggap ideal di
masa sekarang, budaya yang ditinggalkan tersebut tidak secara otomatis keliru,
karena standar keliru dan benar dalam domain kebudayaan bersifat relatif,
sangat dipengaruhi oleh masa dan tempat, bila dianalisa lebih mendalam, ada
beberapa bagian dari kebudayaan terlupakan yang mesti dibangkitkan kembali,
sebab sebenarnya budaya tersebut mampu mendorong lahirnya perubahan yang lebih
baik.
Belakangan muncul kesadaran tentang pentingnya kearifan lokal, mencoba
menghidupkan kembali nilai budaya lama yang telah terlupakan, bahkan dalam
titik tertentu dianggap kolot, budaya lama yang mulai ditinggalkan dihadirkan
kembali dalam dunia manusia modern, budaya ini diyakini mampu bertindak sebagai
benteng bagi manusia modern dari kehancuran total, khususnya kehancuran prilaku
dan pola pikir, jika diamati secara utuh, sebenarnya gerakan seperti ini,
merupakan bentuk pengakuan terhadap pentingnya kebudayaaan yang telah
terlupakan, kebudayaan ini dianggap memiliki nilai lebih dari budaya modern,
kehadirannya dirasa mendesak, budaya modern dengan segenap instrumennya memang
membawa manusia pada kemajuan, namun bersama dengan itu, ia juga mengidap virus
yang setiap saat mampu mengorbankan manusia.
Individualisme dan kekeringan spiritual merupakan dua dari beberapa
virus yang diidap budaya modern, individualisme adalah sikap serba mementingkan
diri sendiri, dalam kamus individualisme, pengorbanan untuk sesama manusia
dalam kadar apapun, merupakan prioritas yang ke sekian juta, individualisme
dalam banyak kondisi memicu lahirnya prilaku negatif lain, demi ambisi pribadi,
orang sering tidak segan menggunakan cara tak jujur, yang penting dirinya
diuntungkan. Kekeringan spiritual juga menjadi gejala manusia modern, dalam
Negara yang masyarakatnya semakin termoderenkan, gejala kekeringan spiritual
juga semakin terlihat, gejala ini dimulai dengan melemahnya keyakinan pada
ajaran agama, lalu masuk pada pengabaian ajaran agama, hingga berujung pada
sikap meninggalkan total ajaran agama, bahkan dalam bentuk ekstrimnya tak lagi
mempercayai agama, manusia modern yang terjebak dalam tahap ini, akan mengalami
kegersangan jiwa, kehilangan pegangan, sehingga terkadang melakukan tindakan
yang justru sangat tidak manusiawi, bahkan hidup pun sering diakhiri dengan
cara yang sangat tidak manusiawi.
Membangkitkan budaya lama yang terlupakan, ditempuh dengan
mentransformasikan nilai – nilainya, nilai kebudayaannya yang dibangkitkan,
bukan bentuk normatifnya, misalnya, berani sebagai sebuah budaya dalam konteks
nilai tidak lagi hadir dalam bentuk kekerasan fisik, tetapi “berani” hadir guna
melawan prilaku negatif, contohnya berani jujur, berani berkata benar, berani
bertindak lurus dll, kiranya benar pepatah yang mengatakan “yang klasik itu
selalu indah”, namun yang klasik tidak sekadar indah tapi juga bermnafaat dan
mampu mendorong perubahan, transformasi nilai kebudayaan klasik seharusnya
lebih banyak ditujukan kepada kaum muda, karena kaum muda merupakan kelompok
manusia yang paling rentan menjadi korban virus budaya modern, wajah perdaban
modern di masa depan sangat ditentukan oleh wajah kaum muda hari ini.
Posting Komentar