Setiap
organisasi selalu memiliki tujuan, tujuan tersebut lebih sering bersifat jangka
panjang, tujuan hadir sebagai indikasi agar sebuah organisasi memiliki
kejelasan dalam menyusun langkah kelembagaan, tujuan tersebut kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam panduan gerakan metodologis dan teknis, tentunya
perumusan gerakan diarahkan untuk mencapai cita ideal dari sebuah organisasi,
dalam sebuah organisasi yang merumuskan format tujuan dalam bentuk jangka
panjang maka bentuk metodologis terlebih teknis sangat mungkin akan berubah
dari waktu ke waktu, perubahan tersebut tidak mesti dipandang dalam kerangka
negatif justru dalam sisi lain ia seharusnya dibaca dalam domain positif,
maksudnya adalah perubahan alur gerakan secara metodologis dan teknis
menunjukkan kepiawaian organisasi bersangkutan dalam membaca realitas zaman
yang terus berubah, di sisi lain pergeseran alur gerakan sebuah organisasi
bukan berarti bahwa idealisme sebagai nilai yang dipegang oleh organisasi
bersangkutan turut bergeser atau bahkan padam, nilai sebagai nilai tetap berada
pada posisi awal dicetuskannya. Menurut hemat penulis, pada posisi ini kita
bisa membaca realitas gerakan dalam tubuh HMI MPO secara lebih cermat dan adil.
Bila dicermati tujuan kelembagaan yang dirumuskan HMI MPO sangat berorientasi universal dan jangka panjang, walaupun demikian namun tetap penting diingat bahwa tujuan tersebut tidak bersifat final, dalam artian mutlak dan tidak boleh dirubah (walaupun perubahan tujuan HMI MPO terlihat sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin), karena ia dikemas dalam bahasa universal yang berjangka panjang maka sudah dapat dipastikan bahwa ada beragam cara metodologis dan teknis yang bisa digunakan untuk sampai pada tujuan tersebut, penulis tetap mengakui bahwa ada beberapa aspek dalam ranah gerakan metodologis hijau hitam yang bersifat tetap, paling tidak “tetap” dalam jangka waktu yang belum bisa dipastikan. Dalam tingkatan lebih lanjut kerangka gerakan metodologis dan teknis diaktualkan dalam bentuk tema gerakan, tema gerakan tersebut terbilang cukup cair, kadang berlangsung dalam beberapa periode kepengurusan namun tak jarang pula hanya bertahan dalam satu sampai dua periode kepengurusan, secara teks tema gerakan yang kemudian didaulat sebagai tema kepengurusan juga cair berubah.
Perubahan tema gerakan dalam titik tertentu menjadi sasaran empuk terhadap kritik yang datang dalam wilayah internal organisasi, kritik tersebut terutama diarahkan kepada inkonsistensi dalam mengusung tema gerakan, belum tercapainya finalitas dalam sebuah tema gerakan sebelum berali ke tema gerakan lain, dan yang paling ekstrimadalah lembaga terkadang dianggap tidak memiliki arah dan tema gerakan yang jelas. Tentunya kritik seperti ini tidak perlu disikapi secar negatif, kritik dibutuhkan dalam banyak hal, kritik pula yang menyebabkan sebuah konsep gerakan terkadang menjadi semakin matang, sikap kita seharusnya adalah mencoba membangun dialektika produktif terhadap setiap kritik yang datang, bukan dengan menerima secara bulat atau menolak secara mentah.
Jika dilakukan analisis secara lebih mendalam maka dapat dipahami bahwa dalam sisi tertentu persepsi yang meyakini bahwa tema gerakan HMI MPO mengalami disorientasi tujuan akibat sering berganti dari waktu ke waktu sehingga seolah melahirkan keterputusan konsep merupakan konsekuensi logis dari pembacaan terhadap tema gerakan dalam domain skriptual/tekstual, menurut hemat penulis pembacaan terhadap setiap tema gerakan yang lahir dalam rahim organisasi tidak boleh dilakukan dalam kerangka tekstual karena pembacaan secara tekstual hanya menangkap maksud sebuah konsep pada tataran permukaan sehingga yang muncul adalah kesan keterputusan, semestinya yang dilakukan adalah melakukan pembacaan secara subtantif, yakni mencoba memahami relasi antara setiap tema yang berbeda secara teks dengan menganalisis setiap nilai gerakan yang lahir di dalamnya (analisis kedalaman), perbedaan pada wilayah teks tidak serta merta mempertegas perbedaan pada wilayah nilai, nilai sebagai prinsip gerakan mampu melampaui teks gerakan itu sendiri, jika nilai yang hidup dalam berbagai tema gerakan yang berbeda masih mengacu kepada tujuan utama organisasi maka hal itu menandakan bahwa tetap terjadi kesinambungan nilai antara tema gerakan yang satu dan tema gerakan lainnya sekalipun terdapat perbedaan secara teks.
Penulis
cenderung melihat bahwa persepsi tentang keterputusan antara berbagai tema
gerakan yang pernah diusung dalam ruang hijau hitam lebih disebabkan karena
tidak adanya penjelasan tekstual yang memadai tentang relasi antara tema
gerakan sebelumnya dan tema gerakan yang datang kemudian, kita tidak menafikan
bahwa terdapat tema gerakan tertentu yang disertai dengan tafsir penjelas
tentang keterhubungannya dengan tema sebelumnya namun hal itu tidak berlaku
bagi semua tema gerakan yang ada, penjelasan mengenai relasi antara berbagai
tema paling tidak memuat tentang penyebab beralihnya ke tema gerakan yang baru
dan indikator keberhasilan apa saja yang telah dicapai oleh tema gerakan
sebelumnya, apakah tema gerakan sebelumnya telah berhasil sampai pada tujuannya
atau belum? Kalau ternyata belum lantas pertimbangan apa yang mengharuskan
dicetuskannya tema baru sebagai keberlangsungan dari tema gerakan sebelumnya.
Penjelasan sederhana semacam itu paling tidak mampu memberikan sedikit
kepastian pemahaman terhadap para kader yang selama ini sering mengalami
kekaburan dalam memandang berbgai tema yang terkesan berbeda pada aras permukaan.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar