Semua manusia merindu
dengan kata mulia
ia ibarat mahkota
recehan emas tak kuasa menakarnya
bahkan manusia sakit batin
juga mendamba
Namun kini nasibnya tragis
diterkam rasa gila hormat
dan ambisi gelap
diri manusia telah lumpuh
tak mampu bedakan gila hormat dan mulia
penghormatan dipaksa sejajar dengan kemuliaan
jadilah yang diburu hanya penghormatan
padahal boleh jadi
tangga penghormatan
berdiri di atas jasad kemuliaan
kini ia jadi jenazah
bahkan bangkai
Mulia bukan urusan kuasa
tahta, singgasana
tapi rumahnya adalah niat
pekarangannya prilaku
anak adam tak mampu menyentuhnya
bila ia tak pernah masuk rumah itu
Kami mendamba singgasana dari kemuliaan
karena hanya dengannya
si jelata dianggap manusia
mereka mendamba b mulia
sebab dengan itu
penghuni pinggir kanal
percaya
bahwa yang berkuasa memang manusia
luar dan dalamnya
bukan hanya luar
Orang kolom jembatan
sumpek pada retorika mulia
retorika hanya membenamkan mereka
hingga ke dasar sungai
yang mereka damba adalah prilaku mulia
terserah dari siapa saja
Oh kemuliaan
lalu kapan engkau berkenan menyapa dunia kami?
bila penghuninya menyambutmu dengan acungan senjata
masih sudikah engkau?
wahai kemuliaan
ZaEnal Abidin RiAm, Makassar 30 Juni 2015
dengan kata mulia
ia ibarat mahkota
recehan emas tak kuasa menakarnya
bahkan manusia sakit batin
juga mendamba
Namun kini nasibnya tragis
diterkam rasa gila hormat
dan ambisi gelap
diri manusia telah lumpuh
tak mampu bedakan gila hormat dan mulia
penghormatan dipaksa sejajar dengan kemuliaan
jadilah yang diburu hanya penghormatan
padahal boleh jadi
tangga penghormatan
berdiri di atas jasad kemuliaan
kini ia jadi jenazah
bahkan bangkai
Mulia bukan urusan kuasa
tahta, singgasana
tapi rumahnya adalah niat
pekarangannya prilaku
anak adam tak mampu menyentuhnya
bila ia tak pernah masuk rumah itu
Kami mendamba singgasana dari kemuliaan
karena hanya dengannya
si jelata dianggap manusia
mereka mendamba b mulia
sebab dengan itu
penghuni pinggir kanal
percaya
bahwa yang berkuasa memang manusia
luar dan dalamnya
bukan hanya luar
Orang kolom jembatan
sumpek pada retorika mulia
retorika hanya membenamkan mereka
hingga ke dasar sungai
yang mereka damba adalah prilaku mulia
terserah dari siapa saja
Oh kemuliaan
lalu kapan engkau berkenan menyapa dunia kami?
bila penghuninya menyambutmu dengan acungan senjata
masih sudikah engkau?
wahai kemuliaan
ZaEnal Abidin RiAm, Makassar 30 Juni 2015
Posting Komentar