Pilkada
serentak baru saja digelar, dari hasil hitung cepat, walaupun belum bisa
dipatenkan, di beberapa daerah, kandidat perempuan tampil sebagai pemenang, di
anatara mereka, ada yang merupakan petahana, namun ada pula yang bukan
petahana, kemenangan beberapa kandidat perempuan memang dipengaruhi beragam
faktor, faktor tersebut secara spesifik
bisa berbeda di setiap daerah, akan tetapi hal lain yang patut dicermati
adalah, kemenangan beberapa kandidat perempuan, mendobrak kemapanan politik di
daerah, sudah menjadi rahasia umum, selama ini panggung politik kepala daerah
sangat didominasi kaum pria.
Secara ideal, kemenangan kaum hawa di beberapa daerah, diharapkan mampu mewakili kepentingan perempuan dengan lebih utuh, khususnya pada wilayah kebijakan daerah yang lebih memperhartikan hak – hak kaum perempuan, sebagaimana terlihat, selama ini, di beberapa derah, kebutuhan kaum perempuan masih sering tidak terakomodasi dalam kebijakan, kebijakan belum sepenuhnya bersifat responsif gender, kebutuhan perempuan masih menjadi prioritas ke sekian dalam pengambilan kebijakan, padahal di sisi lain, pemberlakuan sistem demokrasi di setiap daerah, mengharuskan kesetaraan terjadi, keberpihakan kepada semua kalangan terlihat, termasuk kepada kaum perempuan, tentu tanpa mengabaikan hal yang berupa kodrat.
Minimnya keberpihakan terhadap kaum perempuan dalam kebijakan daerah, turut dipengaruhi oleh masih mengakar kuatnya budaya politik lama, budaya politik dari zaman feodal, jika kita menelaah kembali sejarah, abad feodal berikut sistem kehidupannya, merupakan era keterkungkungan perempuan, ruang bagi perempuan untuk menjadi pemimpin hampir tidak ada, kebijakan penguasa masa itu sangat mementingkan kebutuhan kaum pria, hal ini terjadi karena perempuan dianggap tidak cakap menjalankan peran di ruang publik, namun sekali lagi ini merupakan cerita masa lalu, cerita yang tak mungkin lagi diterapkan di masa modern ini, sudah saatnya mengakhiri pandangan dan sikap diskriminatif tersebut.
Kemenangan
sejumlah kandidat perempuan dalam pilkada, juga merupakan ajang pertaruhan
kredibilitas perempuan dalam memimpin, tanpa bermaksud bombastis, nasib calon
pemimpin dari kalangan perempuan di masa mendatang, juga ditentukan oleh kaum
perempuan yang menang dalam pilkada kali ini, bila kelak setelah dilantik,
mereka mampu menjalankan kepemimpinan dengan mulus, ragam prestasi mampu
diperlihatkan, maka besar peluang kepercayaan masyarakat terhadap kredibilitas
perempuan dalam memimpin semakin kuat, namun bila sebaliknya, maka hal tersebut
juga bisa menjadi hambatan tersendiri bagi perempuan yang akan berkarir sebagai
pemimpin daerah di masa mendatang, bukan hal mustahil bagi perempuan yang
terpilih sebagai kepala daerah untuk membuktikan kualitasnya, beberapa kepala
daerah daerah dari kaum perempuan yang
terlebih dahulu memimpin telah membuktihan hal tersebut.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar