Media sosial menjadi tren komunikasi
terkini, bahkan juga menjadi tren gaya, sebaran penggunaan media sosial sangat
masif, menyentuh semua golongan usia, dari anak usia pra sekolah hingga orang
tua. Sebagai sarana komunikasi, media sosial tentu punya kelebihan dan
kekurangan, hal ini juga berlaku terhadap semua produk yang lahir dari tangan
manusia. Perkembangan medsos menyebabkan proses pertukaran informasi menjadi
semakin cepat, yang terjadi di ujung timur dunia, dan tidak mendapat perhatian
media mainstream, bisa menyebar dengan cepat melalui media sosial, sisi
positifnya, informasi yang tersebar cepat melalui medsos, mampu melahirkan
ragam sudut pandang terhadap sebuah masalah, media mainstream tak lagi berfungsi
sebagai pembentuk opini tunggal.
Pada bagian lain, informasi yang
tersebar di medsos, bahkan bisa menjadi viral dalamwaktu singkat, berpotensi
menimbulkan masalah tersendiri, medsos tak memiliki sarana yang benar-benar
ampuh memastikan informasi benar dan salah, buntutnya semua informasi baik yang
benar maupun yang salah, bisa menyebar dengan sangat cepat di medsos. Sudah
menjadi pemahaman bersama, bahwa tak semua pengguna medsos adalah orang baik,
banyak juga yang sengaja mennggunakan medsos untukmenyebarkan berita palsu,
atau yang kini trend dengan sebutan “hoax” motifnya bisa beragam,mulai dari
menjatuhkan pribadi tertentu, berupaya mengambil untung dari informasi hoax
tersebut, hingga menyerang kelompok lain yang tak disenangi.
Pada dasarnya yang paling bisa
diandalkan memverifikasi berita benar dan hoax, adalah pengguna medsos sendiri,
namun disini juga masalahnya, mayoritas pengguna medsos tak melakukan
verifikasi mendalam terhadap sebuah informasi, informasi yang datang cenderung
diterima begitu saja, terlebih bila informasinya provokatif, yang lebih parah,
bila informasi tersebut turut disebarluaskan tanpa dibaca tuntas, hal itu
berarti yang bersangkutan turut meyebarkan kepalsuan, terlebih bila kepalsuan
tersebut menjadi viral di medsos. Dalam kasus lain, khususnya yang berkaitan
dengan politik, informasi hoax sering dilawan dengan informasi hoax pula,
akibatnya yang terjadi perang kepalsuan yang dilakukan secara sadar, dalam
kasus ini, pihak yang paling lihai merekayasa kebohongan yang akan menang,
mengemas informasi bohong seolah sebagai sesuatu hal yang pasti kebenarannya,
pengguna medsos yang tak paham dengan masalah sesungguhnya, juga rawan terbawa
dalam perang kepalsuan ini, tanpa sadar mereka menjadi relawan kepentingan
salah satu pihak yang bertikai. Tidak ada manfaat yang lahir dari perang
kepalsuan, walaupun pihak tertentu telah merasa kubunya menang, namun
sebenarnya pemenangnya bukan salah satu dari pihak yang terlibat perang, tapi yang
menang adalah kepalsuan itu sendiri, sangat disayangkan.
Informasi hoax seharusnya tak
dilawan dengan informasi hoax pula, melawannya adalah dengan memberikan
klarifikasi berdasarkan fakta sesungguhnya, bila dilawan dengan hoax pula maka
sebenarnya kita telah kalah, kalah dihadapan kebohongan, akan tetapi bila
dilawan dengan menyodorkan fakta, maka kita telah menang, minimal menang
melawan potensi kebohongan yang ada dalam diri, hoax yang disebar tak akan
mampu bertahan lama, selalu cepat terbongkar, pada saat hoax tersebut terbongkar,
maka yang menanggung malu adalah mereka yang terlibat dalam penyebaran hoax
tersebut, terlepas mereka pihak benar atau salah berdasarkan fakta. Mari
hidupkan nalar sehat kita dengan tidak berpartisipasi dalam kebohongan, baik
disengaja maupun tidak disengaja, kuncinya terletak pada kemampuan menelaah
setiap informasi yang kita terima di medsos, jangan biarkan kebohongan menjadi
pemenang sekaligus penguasa di medsos.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Pengembangan Cabang PB HMI MPO Periode 1437 - 1439 H/2015 - 2017 M
Posting Komentar