Kemarin
9 Desember merupakan hari anti korupsi sedunia, momen untuk memperingati
komitmen perjuangan melawan korupsi, kejahatan yang tergolong sangat luar
biasa, di negara manapun, korupsi merupakan musuh bersama, efek yang
diakibatkannya sangat dahsyat, sangat wajar ketika setiap negara selalu
mengkampanyekan perang melawan korupsi. Perang tersebut bukan hanya digerakkan
oleh institusi resmi negara, tetapi juga oleh para komunitas masyarakat sipil
yang konsen pada pemberantasan korupsi.
Momen
peringatan hari anti korupsi biasanya diramaikan dengan ucapan selamat “selamat
hari anti korupsi sedunia” begitulah kalimat klisenya. Kita paham ucapan
selamat tersebut bukan berarti pengucapnya memahami bahwa korupsi telah
diberantas hingga ke akarnya, melainkan lebih sebagai upaya motivasi agar lebih
giat melawan korupsi. Akan tetapi terlepas dari hal itu, sesungguhnya memang
belum ada yang bisa diberikan ucapan selamat atas hari anti korupsi, terlebih
dalam konteks Indonesia, apa yang harus diselamati bila belakangan ini KPK
justru menjadi sasaran pelemahan dari oknum pelaku korupsi? Apa yang harus
diselamati bila dari waktu ke waktu pejabat tinggi negara yang seharusnya
mencontohkan sikap anti korupsi justru dijerat satu per satu oleh lembaga anti
rasuah? Apa yang harus diselamati bila pelaku yang telah terbukti melakukan
korupsi masih saja matia-matian melakukan pembelaan diri seolah mereka bersih
dari korupsi? Bukankah itu pertanda tidak ada penyesalan di dalamnya? Dan
ribuan pertanyaan lain yang masih menumpuk.
Akan
lebih tepat bila momen 9 Desember menjadi tonggak serius bagi lahirnya generasi
anti korupsi dalam artian yang sesungguhnya, kelahiran generasi ini tak butuh
dideklarasikan, sebab deklarasi dan sejenisnya terkadang menjadi seremonial
belaka, setelahnya tidak ada langkah nyata. Mari mulai melakukan langkah nyata,
minimal dimulai dari keluarga inti, dari anak masing-masing, kepada mereka
kebiasaan anti korupsi perlu ditanamkan sejak dini, salah satu bentuk
konkritnya adalah membiasakan sifat jujur, jujur kepada orang lain dan lebih
jujur lagi kepada diri sendiri. Kenapa harus sifat jujur? Karena jujur
merupakan musuh utama korupsi, kejujuranlah yang mampu menyembuhkan penyakit
kronis bernama korupsi. Langkah tersebut memang tidak terkesan sensasional,
akan tetapi konkrit. Mari kita memulainya atau tidak sama sekali.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar