BREAKING

Minggu, 15 April 2018

Perlukah Takut Kepada Hastag?



Hastag, salah satu kata yang popularitasnya meningkat tajam belakangan ini, hastag menjadi bahan polemik, bukan hanya di kalangan pengmbil kebijakan dan politisi, tapi juga termasuk di kalangan masyarakat awam. Istilah hastag sudah lama dikenal, istilah ini populer seiring menjamurnya media sosial, khususnya twitter. Hastag menjadi alat manuver tersendiri bagi para netizen, baik yang ingin memperjuangkan sebuah idealisme, atau yang sekadar cari sensasi belaka, bila diamati secara seksama, tidak semua netizen memperlakukan hastag sebagaimana seharusnya, hal itu bisa dibuktikan dari penggunaan hastag yang sering tida ada kaitannya dengan status netizen, hastag bagi sebagian netizen hanya mejadi sarana untuk mengkatrol statusnya saja.

Lalu mengapa belakangan ini orang-orang tiba-tiba menganggap hastag sebagai ancaman, munginkah karena hastag tersebut mengganggu posisi kekuasaan? Boleh jadi iya. Hastag #2019GantiPresiden adalah salah satu contohnya, yang menanggapi hastag tersebut bukan hanya pengambil kebijakan dan elit politik, bahkan sekelas orang paling berkuasa di Indonesia juga turut menanggapi secara tidak langsung hastag tersebut, ada semacam nunsa keresahan disana, secara benderang Jokowi menegaskan tidak mungkin baju kaos bisa mengganti presiden, baju kaos yang dimaksudkan mengarah pada baju kaos dengan hastag #2019GantiPresden. Mungkinkah hastag tersebut begitu menakutkan sehingga harus Jokowi seorang diri menanggapinya? Mungkinkah hastag tersebut sangat mengganggu zona nyaman sang presiden di kursi kekuasaan? Mengapa tidak pembantunya atau fansnya saja yang menanggapi hastag tersebut? Apakah ini sebuah ekspresi ketakutan?

Tidak ada yang salah bila orang takut kepada hastag #2019GantiPresiden, toh terbukti kemenangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014 sangat dipengaruihi oleh medsos, Pilpres 2019 tercatat sebagai Pilpres pertama dimana medsos menjadi salah satu penentu kemenangan kandiat, justru ketakutan tersebut merupkan sebuah kesadaran, kesadaran bahwa dalam Pilpres 2019 medsos masih menjadi alat ampuh untuk mempengaruhi persepsi pemilih. Lalu apanya yang salah, yang salah menurut saya hanya cara menanggapinya, bila ingin fair balas saja hastag tersebut dengan membuat hastag tandingan, lalu kita lihat hastag mana yang menjadi trending topik paling atas, cara ini juga bisa  menjadi ajang pemetaan kekuatan sekaligus survey gratis dalam melihat kemungkinan di 2019. Patut dicoba bukan?

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT