Hastag,
salah satu kata yang popularitasnya meningkat tajam belakangan ini, hastag
menjadi bahan polemik, bukan hanya di kalangan pengmbil kebijakan dan politisi,
tapi juga termasuk di kalangan masyarakat awam. Istilah hastag sudah lama dikenal,
istilah ini populer seiring menjamurnya media sosial, khususnya twitter. Hastag
menjadi alat manuver tersendiri bagi para netizen, baik yang ingin
memperjuangkan sebuah idealisme, atau yang sekadar cari sensasi belaka, bila
diamati secara seksama, tidak semua netizen memperlakukan hastag sebagaimana
seharusnya, hal itu bisa dibuktikan dari penggunaan hastag yang sering tida ada
kaitannya dengan status netizen, hastag bagi sebagian netizen hanya mejadi
sarana untuk mengkatrol statusnya saja.
Lalu
mengapa belakangan ini orang-orang tiba-tiba menganggap hastag sebagai ancaman,
munginkah karena hastag tersebut mengganggu posisi kekuasaan? Boleh jadi iya.
Hastag #2019GantiPresiden adalah salah satu contohnya, yang menanggapi hastag
tersebut bukan hanya pengambil kebijakan dan elit politik, bahkan sekelas orang
paling berkuasa di Indonesia juga turut menanggapi secara tidak langsung hastag
tersebut, ada semacam nunsa keresahan disana, secara benderang Jokowi
menegaskan tidak mungkin baju kaos bisa mengganti presiden, baju kaos yang
dimaksudkan mengarah pada baju kaos dengan hastag #2019GantiPresden. Mungkinkah
hastag tersebut begitu menakutkan sehingga harus Jokowi seorang diri
menanggapinya? Mungkinkah hastag tersebut sangat mengganggu zona nyaman sang
presiden di kursi kekuasaan? Mengapa tidak pembantunya atau fansnya saja yang
menanggapi hastag tersebut? Apakah ini sebuah ekspresi ketakutan?
Tidak
ada yang salah bila orang takut kepada hastag #2019GantiPresiden, toh terbukti
kemenangan Jokowi-JK dalam Pilpres 2014 sangat dipengaruihi oleh medsos,
Pilpres 2019 tercatat sebagai Pilpres pertama dimana medsos menjadi salah satu
penentu kemenangan kandiat, justru ketakutan tersebut merupkan sebuah kesadaran,
kesadaran bahwa dalam Pilpres 2019 medsos masih menjadi alat ampuh untuk
mempengaruhi persepsi pemilih. Lalu apanya yang salah, yang salah menurut saya
hanya cara menanggapinya, bila ingin fair balas saja hastag tersebut dengan
membuat hastag tandingan, lalu kita lihat hastag mana yang menjadi trending topik
paling atas, cara ini juga bisa menjadi
ajang pemetaan kekuatan sekaligus survey gratis dalam melihat kemungkinan di
2019. Patut dicoba bukan?
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar