Serangan Amerika Serikat bersama Prancis dan Inggris ke
wilayah Suriah menandai babak terburuk dalam proses mendorong perdamaian di
Suriah. Dengan dalih apapun serangan militer kepada sebuah negara berdaulat
adalah tindakan ilegal, meyakini pandangan ini sama sekali tidak ada
hubungannya dengan apakah mendukung pemerintahan Bashar al Assad atau mendukung
kelompok perlawanan terhadap kekuasaan Bashar al Assad, ini murni sudut pandang
kedaulatan negara.
Dalam kasus Suriah AS kembali menerapkan pola lama, yakni
berdalih penggunaan senjata kimia, dalih inilah yang dulunya dipakai menyerang
Irak, dan patut diingat bahwa dalih itu tidak terbukti, faktanya yang terjadi
AS menyerang Irak untuk menguasai potensi minyak di negara tersebut. Di sisi
lain bila koalisi AS memang ngotot menggunakan dalih pemusnahan senjata kimia,
maka seharusnya mereka menempuh jalur yang benar, Organisation for the
Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) sebagai organisasi pengawas pelarangan
penggunaan senjata kimia, harus terlebih dahulu diberi kesempatan bekerja di
Suriah hingga mengumumkan hasil temuan mereka, kenyataannya hingga sekarang
OPCW masih bekerja dan belum mengumumkan hasil temuannya.
Lalu apa yang terjadi setelah serangan koalisi AS ke
Suriah? Apakah tujuan serangan tercapai? Apakah suasana semakin kondusif?
Sebelumnya pas setelah serangan koalisi AS ke Suriah, Presiden Donald Trump
langsung menggelar konferensi pers, Trump menyebut serangan ke Suriah sukses
besar menghancurkan kekuatan Suriah dalam memproduksi senjata kimia, ironisnya
beberapa hari kemudian para pejabat AS yang tidak ingin disebut namanya
mengeluarkan pernyataan bahwa serangan ke Suriah tidak berpengaruh banyak
terhadap kekuatan senjata kimia Suriah, sebuah komentar yang menohok sendiri
klaim Trump. Pasca serangan situasi di Suriah berpotensi menjadi semakin
genting, Arab Saudi mealui menteri luar negarinya Adel al-Jubeir menegaskan
siap mengirim tentara ke Suriah, tawaran tersebut sudah mereka kemukakan juga
sejak era Obama, tidak cukup sampai disitu, AS justru memprovokasi
negara-negara timur tengah untuk membentuk pasukan bersama, dalihnya untuk
memastikan keamanan regional dan menggantikan peran AS di timur tengah, anehnya
pasukan diberi keleluasaan untuk bergerak tapi harus AS yang memimpin, hal ini
berarti pasukan tersebut sangat memungkinkan digunakan AS untuk meyerang
negara-negara di timur tengah yang menentangnya, dan situasi itu akan semakin
memperparah konflik.
Negara pimpinan Donald Trump ini memang telah sukses
dalam serangannya ke Suriah tapi kesuksesan itu terkait dengan hancurnya
harapan perdamaian di Suriah, ya koalisi AS sukses menjauhkan Suriah dari
harapan perdamaian, sudah menjadi pemahaman umum, di belahan dunia manapun
perdamaian tidak pernah berasal dari perang militer, perang miter selalu
berkontribusi pada penghilangan nyawa manusia, pada hancurnya tata kehidupan
sebuah komunitas. Oleh sebab itu bila koalisi AS masih sibuk berbicara
perdamaian sambil mensandingkannya dengan intervensi militer, maka itu adalah
sesuatu yang sangat garing, siapapun tidak bisa mempercayai tindakan tersebut,
aksi tersebut tidak lebih dari kebohongan yang dipertontongkan secara sangat
kasar.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar