BREAKING

Kamis, 04 April 2013

Patahan Antara Ide dan Realitas



Dalam pola hidup manusia, tindakan merupakan manifestasi dari berbagai butiran ide yang ada dalam pikirannya, sebagian besar tindakan manusia adalah tindakan bersifat sadar yang diproses dalam pikiran, manusia memilki kecenderungan kuat untuk merealitaskan berbagai pikiran ideal yang dimilikinya, pikiran ideal tersebut lahir sebagai sebuah refleksi terhadap realitas, pada hakikatnya pikiran ideal tadi bertujuan untuk mengarahkan realitas ke arah yang lebih baik, bentuk pola pikir ideal seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosio kultural termasuk komunitas dan organisasi tempat ia bernaung, pengantar singkat tersebut paling tidak bisa dijadikan sebagai bahan mentah untuk menganalisa pertautan anatara ide dan realitas di tengah generasi hijau hitam.   
            
Ide – ide yang timbul dalam ruang hijau hitam merupakan ide yang memiliki visi jangka panjang, ide tersebut lahir melalui pergulatan panjang anak HMI MPO dengan realitas sosial di sekitarnya, sebab ia bervisi jangka panjang sehingga ide tersebut dikawal dalam jangka waktu yang panjang pula, ide tersebut tidak hanya dikawal saat seseorang masih aktif di HMI karena secara ideal pasca ber HMI pun para kader dan alumni masih mesti mengawal berbagai ide besar yang telah teramu dengan baik, disinilah letak kondisi problematisnya karena sebagian kader terkadang memaknai secara tak sadar bahwa urusan tentang ide peradaban yang lahir dalam tubuh HMI MPO hanya berkaitan dengan dirinya pada saat ia masih aktif dalam struktur hijau hitam atau paling tidak ketika ia masih berstatus sebagai kader, perspektif tersebut lahir sebagai sebuah konsekuensi dari cara pandang yang sangat formalistik terhadap lembaga dan seluruh bagian yang terkait dengannya.   
            
Salah satu faktor yang terkadang menyebabkan para kader mengalami pergeseran komitmen pasca ber HMI adalah cara pandang terhadap realitas, kader pasca berHMI memaknai bahwa ada perbedaan yang sangat jauh antara kondisi dunia kemahasiswaan yang masih bersifat idealis dengan kondisi masyarakat luar sana yang sangat pragmatis, tempat para kader hijau hitam akan bergelut pasca HMI. Pada dasarnya pandangan tersebut tidak keliru, kita tidak bisa memungkiri bahwa ada perbedaan yang berjarak antara idealisme yang disemaikan dalam dunia mahasiswa kondisi social masyarakat awam yang sarat dengan tarik ulur kepentingan namun realitas tersebut tetap tidak bisa dijadikan alasan untuk melunturkan komitmen ke HMI an khususnya yang terkait dengan kerja – kerja peradaban jangka panjang.
            
Persepsi bahwa terdapat perbedaan jarak antara dunia HMI dengan dunia masyarakat awam tidak sepenuhnya tepat paling tidak dalam sisi tertentu, kalau yang dijadikan sebagai indikator pembeda adalah nuansa kepentingan yang terdapat dalam ranah masyarakat awam sementara indikator tersebut tidak dijumpai dalam dunia mahasiswa maka, akan lebih baik jika kita terlebih dahulu menganalisa masalah ini secara mendalam, analisa tersebut difokuskan dengan membedah realitas objektif dunia kemahasiswaan yang sebenarnya juga sarat dengan tarik ulur kepentingan diantara sesama warga kampus sendiri, pertarungan kepentingan tersebut biasanya mencuat saat perbutan rekruitmen kader atau momen suksesi politik kampus, mungkin mahasiswa bisa melakukan pembelaan terhadap situasi seperti itu dengan dalih bahwa hal tersebut bukan merupakan kepentingan politik praktis bahkan produktif dalam sisi tertentu, namun kita juga mesti menyadari bahwa kepentingan politik praktis juga sering mendekati dunia kemahasiswaan termasuk mendekati organisasi HMI MPO yang dikenal teguh menjaga independensinya bahkan dalam waktu tertentu kepentingan politik praktis tersebut terkadang mampu menerobos dinding idealisme mahasiswa, pada situasi ini para kader seyogyanya mampu memahami bahwa komunitas hijau hitam telah sering diperhadapkan dengan dunia yang sarat kepentingan dan kabar gembiranya karena HMI MPO masih mampu menepis semua kepentingan tersebut, hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya para kader telah paham kondisi sosial apa yang akan dihadapi pasca ber HMI, karena mereka telah tahu maka sudah barang tentu mereka seharusnya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi seperti itu agar tidak terjebak pada tindakan taklid terhadap pola pikir lama yakni dengan menganggap bahwa lunturnya komitmen seorang kader pasca berHMI merupakan hal lumrah, hal tersebut merupakan cara pandang yang mesti dibenahi.
            
Idealism ke HMI an tidak boleh dipandang dalam bentuk yang sangat structural formal, semestinya ia dipandang dalam konteks yang lebih fleksibel, benar bahwa terjadi perbedaan image realitas antara ruang lingkup mahasiswa yang menjadi basis HMI MPO dengan realitas masyarakat awam yang begitu kompleks dan cair, akan tetapi hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai alasan pembenaran terkait lunturnya komitmen ke HMI an, penulis meyakini bahwa yang berbeda hanyalah bentuk teknis idealisme tersebut tetapi idealisme ke HMI an sebagai sebuah nilai tetap harus dijunjung tinggi karena ia tidak disekat oleh ruang dan waktu, nuansa fleksibilitas memang penting dihadirkan, ia dihadirkan agar idealism hijau hitam mampu tetap berdiri dalam konteks yang berbeda hanya saja perlu diingat bahwa aspek fleksibilitas jangan sampai dijadikan alasan untuk melakukan kompromi yang bisa menciderai kemurnian idealism, sebab jika hal tersebut terjadi maka hal itu sama saja dengan menjadikan idealisme hijau hitam sebagai barang dagelan belaka, sebuah kondisi miris dan memalukan, kader HMI MPO wajin bisa memastikan bahwa tidak akan terjadi patahan ide saat diri menjumpai realitas yang berbeda.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT