BREAKING

Jumat, 10 Mei 2013

Tribalisme Dalam Dunia Mahasiswa

Entitas mahasiswa merupakan kumpulan individu dengan latar belakang etnis beragam, keragaman etnis pada dasarnya merupakan hal lumrah, keragaman tersebut tidak hanya terjadi dalam dunia mahasiswa, dalam sebuah entitas yang lebih besar maka aspek heteroginitas juga semakin mencolok, keragaman etnis dalam dunia mahasiswa sebenarnya merupakan potensi utama untuk melakukan interaksi lintas budaya sehingga melahirkan pemahaman kebudayaan yang lebih luas, sebuah gambaran idel, akan tetapi gambaran ideal tersebut seringkali tidak relevan dengan bahasa realitas, pada tataran idealitas kita berharap keragaman etnis mampu dijadikan modal dalam membangun pemahaman kebudayaan yang lebih komprehensif namun ruang realitas justru menampilkan deskripsi  yang berbanding terbalik, perbedaan etnis secara tak sadar sering dieksploitasi ke arah pertikaian yang paling merugikan, terdapat beberapa  faktor laten yang menjadi penyebab sehingga pertikaian etnis belum pernah benar – benar reda di lingkungan mahasiswa.

Salah kaprah dalam memahami makna kehormatan diri, dalam setiap suku terdapat doktrin tentang kewajiban menjaga harkat dan martabat diri, penodaan harga diri dianggap sebagai perlakuan yang tidak bisa ditolerir sehingga pembalasan mesti dilakukan agar kehormatan diri tidak tercoreng, doktrin tersebut masih dianut secara kental oleh sebagian besar mahasiswa yang bergelut di perguruan tinggi, mereka seakan lupa bahwa setiap etnis juga memiliki doktrin penghargaan terhadap orang lain walaupun orang tersebut berbeda etnis dengannya, pada dasarnya doktrin penghargaan terhadap kelompok lain merupakan tameng agar doktrin kehormatan diri tidak dimaknai secara salah kaprah, dalam melakukan interaksi lintas etnis/suku maka seharusnya doktrin penghargaan terhadap orang lain lebih didahulukan dari penonjolan penghargaan diri, pada titik ini pula kita seharusnya mampu memahami bahwa penghormatan akan muncul tatkala kita memiliki kesanggupan untuk menghargai dan menghormati orang lain, kalaupun diri merasa tercoreng tanpa alasan yang bisa diterima maka bentuk teknis pembalasan (jika terpaksa harus melakukannya) mestinya ditransformasikan ke dalam bentuk tindakan hukum yang sesuai dengan standar kebangsaan kita, bukan lagi dengan tindakan main hakim sendiri sebab kita tidak lagi hidup dalam masa kesukuan.
              
Pembedaan secara tegas antara masalah pribadi yang tidak memiliki kaitan etnis dengan masalah etnis, dalam realitasnya berbagai konflik etnis sangat sering berawal dari masalah individu, masalah tersebut sebenarnya murni urusan individu dan tidak ada kaitannya dengan urusan etnis, masalahnya karena urusan individu juga sering dianggap seolah – olah sebagai masalah etnis, bisa dibayangkan jika setiap problem individu juga dianggap sebagai masalah etnis maka konflik antara etnis dalam lingkungan mahasiswa akan terus berlanjut, sebuah tindakan yang sanga tidak bijaksana, semestinya setiap individu yang terlibat masalah dengan individu lain memiliki kesadaran untuk menyelesaikan masalahnya tanpa perlu membawa nama suku, poinnya adalah kesadaran dan kemauan untuk membangun sebentuk relasi yang lebih manusiawi antara semua manusia yang ada.
              
Peran organisasi kedaerahan masih jauh dari maksimal, di lingkungan kampus, hampir semua etnis memiliki organisasi kedaerahan, pada hakikatnya kehadiran organisasi kedaerahan adalah untuk memberikan pemahaman intelektual terhadap seluruh anak daerah, harapannya pemahaman intelektual tersebut mampu merubah pola pikir dan tingkah laku mereka agar berpikir dan bertindak secara lebih cerdas dan santun, akan tetapi masalahnya karena sebagian besar organisasi kedaerahan belum menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, lebih ironis karena organisasi kedaerahan lebih sering mengurusi kerja pragmatis materil dibandingkan memberikan bekal pencerahan terhadap  individu dari daerahnya masing – masing, di sisi lain organisas kedaerahan semestinya mampu menjadikan diri sebagai wadah kharismatik yang setiap kebijakannya mampu didengar dan dipatuhi oleh setiap individu dari daerah/etnis bersangkutan, jika kondisi ini terjadi maka benturan antara etnis bisa diselesaikan cukup dengan mempertemukan organisasi kedaerahan dari etnis yang bertikai sekaligus menutup ruang bagi konflik selanjutnya.
              
Benturan etnis yang seringkali berujung konflik merupakan batu sandungan tersendiri dalam menjaga keutuhan dunia mahasiswa, gejala ini di sisi lain akan menghambat ibadah sosial yang semestinya intens dikerjakan olehnya sebagai aktor perubahan, organisasi gerakan kemahasiswaan semestinya juga menaruh perhatian besar terhadap masalah laten ini, tanggung jawab tentang masalah ini harus dipikul bersama tanpa membebankan kepada pihak tertentu saja, kita perlu pula memastikan bahwa tidak ada oknum tertentu yang sengaja memelihara konflik etnis demi keuntungan pribadinya.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT