BREAKING

Selasa, 09 Juni 2015

Keterputusan Nilai atau Keterputusan Teks? (sebuah analisa sederhana)


Setiap organisasi selalu memiliki tujuan, tujuan tersebut lebih sering bersifat jangka panjang, tujuan hadir sebagai indikasi agar sebuah organisasi memiliki kejelasan dalam menyusun langkah kelembagaan, tujuan tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam panduan gerakan metodologis dan teknis, tentunya perumusan gerakan diarahkan untuk mencapai cita ideal dari sebuah organisasi, dalam sebuah organisasi yang merumuskan format tujuan dalam bentuk jangka panjang maka bentuk metodologis terlebih teknis sangat mungkin akan berubah dari waktu ke waktu, perubahan tersebut tidak mesti dipandang dalam kerangka negatif justru dalam sisi lain ia seharusnya dibaca dalam domain positif, maksudnya adalah perubahan alur gerakan secara metodologis dan teknis menunjukkan kepiawaian organisasi bersangkutan dalam membaca realitas zaman yang terus berubah, di sisi lain pergeseran alur gerakan sebuah organisasi bukan berarti bahwa idealisme sebagai nilai yang dipegang oleh organisasi bersangkutan turut bergeser atau bahkan padam, nilai sebagai nilai tetap berada pada posisi awal dicetuskannya. Menurut hemat penulis, pada posisi ini kita bisa membaca realitas gerakan dalam tubuh HMI MPO secara lebih cermat dan adil.
             
Bila dicermati tujuan kelembagaan yang dirumuskan HMI MPO sangat berorientasi universal dan jangka panjang, walaupun demikian namun tetap penting diingat bahwa tujuan tersebut tidak bersifat final, dalam artian mutlak dan tidak boleh dirubah (walaupun perubahan tujuan HMI MPO terlihat sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin), karena ia dikemas dalam bahasa universal yang berjangka panjang maka sudah dapat dipastikan bahwa ada beragam cara metodologis dan teknis yang bisa digunakan untuk sampai pada tujuan tersebut, penulis tetap mengakui bahwa ada beberapa aspek dalam ranah gerakan metodologis hijau hitam yang bersifat tetap, paling tidak “tetap” dalam jangka waktu yang belum bisa dipastikan. Dalam tingkatan lebih lanjut kerangka gerakan metodologis dan teknis diaktualkan dalam bentuk tema gerakan, tema gerakan tersebut terbilang cukup cair, kadang berlangsung dalam beberapa periode kepengurusan namun tak jarang pula hanya bertahan dalam satu sampai dua periode kepengurusan, secara teks tema gerakan yang kemudian didaulat sebagai tema kepengurusan juga cair berubah.
           
Perubahan tema gerakan dalam titik tertentu menjadi sasaran empuk terhadap kritik yang datang dalam wilayah internal organisasi, kritik tersebut terutama diarahkan kepada inkonsistensi dalam mengusung tema gerakan, belum tercapainya finalitas dalam sebuah tema gerakan sebelum berali ke tema gerakan lain, dan yang paling ekstrimadalah lembaga terkadang dianggap tidak memiliki arah dan tema gerakan yang jelas. Tentunya kritik seperti ini tidak perlu disikapi secar negatif, kritik dibutuhkan dalam banyak hal, kritik pula yang menyebabkan sebuah konsep gerakan terkadang menjadi semakin matang, sikap kita seharusnya adalah mencoba membangun dialektika produktif terhadap setiap kritik yang datang, bukan dengan menerima secara bulat atau menolak secara mentah.
           
Jika dilakukan analisis secara lebih mendalam maka dapat dipahami bahwa dalam sisi tertentu persepsi yang meyakini bahwa tema gerakan HMI MPO mengalami disorientasi tujuan akibat sering berganti dari waktu ke waktu sehingga seolah melahirkan keterputusan konsep merupakan konsekuensi logis dari pembacaan terhadap tema gerakan dalam domain skriptual/tekstual, menurut hemat penulis pembacaan terhadap setiap tema gerakan yang lahir dalam rahim organisasi tidak boleh dilakukan dalam kerangka tekstual karena pembacaan secara tekstual hanya menangkap maksud sebuah konsep pada tataran permukaan sehingga yang muncul adalah kesan keterputusan, semestinya yang dilakukan adalah melakukan pembacaan secara subtantif, yakni  mencoba memahami relasi antara setiap tema yang berbeda secara teks dengan menganalisis setiap nilai gerakan yang lahir di dalamnya (analisis kedalaman), perbedaan pada wilayah teks tidak serta merta mempertegas perbedaan pada wilayah nilai, nilai sebagai prinsip gerakan mampu melampaui teks gerakan itu sendiri, jika nilai yang hidup dalam berbagai tema gerakan yang berbeda masih mengacu kepada tujuan utama organisasi maka hal itu menandakan bahwa tetap terjadi kesinambungan nilai antara tema gerakan yang satu dan tema gerakan lainnya sekalipun terdapat perbedaan secara teks.

Penulis cenderung melihat bahwa persepsi tentang keterputusan antara berbagai tema gerakan yang pernah diusung dalam ruang hijau hitam lebih disebabkan karena tidak adanya penjelasan tekstual yang memadai tentang relasi antara tema gerakan sebelumnya dan tema gerakan yang datang kemudian, kita tidak menafikan bahwa terdapat tema gerakan tertentu yang disertai dengan tafsir penjelas tentang keterhubungannya dengan tema sebelumnya namun hal itu tidak berlaku bagi semua tema gerakan yang ada, penjelasan mengenai relasi antara berbagai tema paling tidak memuat tentang penyebab beralihnya ke tema gerakan yang baru dan indikator keberhasilan apa saja yang telah dicapai oleh tema gerakan sebelumnya, apakah tema gerakan sebelumnya telah berhasil sampai pada tujuannya atau belum? Kalau ternyata belum lantas pertimbangan apa yang mengharuskan dicetuskannya tema baru sebagai keberlangsungan dari tema gerakan sebelumnya. Penjelasan sederhana semacam itu paling tidak mampu memberikan sedikit kepastian pemahaman terhadap para kader yang selama ini sering mengalami kekaburan dalam memandang berbgai tema yang terkesan berbeda pada aras permukaan.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT