BREAKING

Selasa, 02 Juni 2015

Mencairkan Kebekuan Filsafat Islam


Filsafat merupakan salah satu disiplin keilmuan yang akan selalu mengiringi peradaban manusia, perkembangan filsafat mendatangkan implikasi positif bagi peradaban sebuah bangsa, peradaban islam yang pernah jaya juga ditopang oleh filsafat, filsafat melatih manusia berpikir kritis, dan pijar kemajuan adalah sifat kritisisme, disayangkan karena di kemudian hari, filsafat tidak lagi menjadi narasi mayoritas dalam gelanggang pemikiran islam, walaupun sebenarnya tidak benar – benar padam, beberapa filosof muncul setelah masa yang dianggap sebagai matinya filsafat islam, motode mereka adalah penggabungan antara filsafat dan sufisme.
            
Serangan al ghazali (1058-1111 M) terhadap filsafat dianggap sebagai awal kevakuman filsafat islam, al ghazali menyerang filsafat islam melalui dua karya besarnya, tahafut al falasifah dan al munqid min al dlalal, serangan al ghazali terhadap filsafat islam coba dibendung oleh ibnu rusyd, salah seorang folosof besar dalam dunia islam (1126-1198 M), ibnu rusyd mengarang buku yang sangat terkenal, tahafut al tahafut, dalam buku tersebut ibnu rusyd berusaha membuktikan kekeliruan al ghazali dalam menghantam filsafat islam, dalam realitasnya, usaha ibnu rusyd tidak sepenuhnya efektif membendung pukulan telak al ghazali, apalagi pikiran al ghazali telah menjadi narasi mayoritas dalam umat islam kala itu, dari segi logika argumentasi penyebabnya adalah terjadi ketidaksambungan medan perdebatan, para filosof yang diserang al ghazali mayoritas beraliran neo platonisme sedangkan ibnu rusyd menyanggah al ghazali dengan nalar Aristotelian.

Penyebab utama kebekuan filsafat islam adalah pengkajian filsafat islam terlalu berfokus pada aspek kesejarahan, isme – isme atau aliran – aliran, para tokohnya, dan pemikiran dari setiap tokoh, sedangkan aspek metafisika, etika, estetika, terutama logika dan epistemologi menjadi terabaikan, padahal bagian ini yang merupakan substansi, akibatnya filsafat tidak memberikan kontribusi berarti bagi perkembangan pemikiran islam terkini, ada semacam kelesuan yang melahirkan ketidakberdayaan kreatifitas berpikir, para tokoh filosof islam masa lalu secara tak sadar terlalu diagungkan dalam konteks tertentu, kita seolah merasa pemikiran mereka sangat hebat, lalu kita merasa tidak punya kapasitas untuk melampaui pemikirannya, pada hakikatnya ini bukan urusan melampaui dan dilampaui, namun lebih pada kemampuan mengembangkan inovasi berpikir, sebab hanya inovasi berpikir yang mampu melahirkan pemikiran baru dalam ranah filsafat islam.

Pada titik tertentu, pengkaji filsafat islam perlu belajar dari dinamika filsafat barat, maksudnya bahwa ada aspek tertentu yang bisa dijadikan pembanding positif, kunci utama kemajuan filsafat barat karena perdebatan intelektual berlangsung sangat dinamis, filsafat benar – benar diperlakukan sebagai barang profan, debat intelektual inilah yang menyebabkan pesatnya perkembangan filsafat barat, untuk konteks dunia islam, aspek kultural memang tidak bisa dikesampingkan, hingga sekarang, stigma negatif terhadap filsafat masih tumbuh subur di kalangan umat islam tertentu, filsafat dianggap sebagai biang perusak akidah, mereka yang intens mengkaji filsafat sering dilabeli kufur, situasi kultural ini memang merupakan hambatan tersendiri, namun bila umat islam semakin menyatu dengan masyarakat global yang berkarakter terbuka, maka perlahan tapi pasti masalah kultural tersebut mampu diminimalisir.
            
Sudah saatnya pengkajian terhadap filsafat islam lebih banyak menyorot aspek metafisika, etika dan estetika, khususnya logika dan epistemologi, karena sumbu filsafat islam berada pada wilayah ini, disinilah sifat kritisisme mesti total ditanamkan, pengkajian tersebut tentu dimulai dengan memahami secara utuh metafisika, etika, estetika berikut logika dan epestimologi filsafat islam, lalu memperbandingkannya dengan keilmuan dan konteks sosial terkini, dari sini kita mulai melakukan otokritik terhadap bagian tertentu pada wilayah tersebut, bila kritik telah mampu dihadirkan, tugas selanjutnya adalah menelorkan konsep baru yang dianggap lebih maju dari bagian yang merupakan sasaran kritik, di titik ini inovasi mewujud dalam bentuk nyata. Kemajuan pemikiran filsafat bukan merupakan hak privasi bangsa tertentu, ia juga bukan angan belaku, kemajuan berpikir merupakan hal nyata, senyata pemikiran itu sendiri.    

Penulis: Zaenal Abidin Riam         

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT