BREAKING

Selasa, 02 Juni 2015

Organisasi Tanpa Sensibilitas Zaman

Organisasi merupakan salah satu pilar bermasyarakat, organisasi selalu berperan dalam dinamika perubahan, baik skala mikro atau skala makro, penentu kebijakan di bangsa ini, semua pernah berproses dalam organisasi, hal ini menandakan bahwa organisasi punya andil dalam memproduk kader pemimpin. Sebagai salah satu elemen masyarakat, organisasi tentu berada di tengah pusaran dinamika sosial, bersentuhan dengan realitas sosial yang selalu berubah, menarik mengkaji organisasi bila dihubungkan dengan kondisi sosial yang sangat cair, aspek yang penting disoroti adalah sikap organisasi, sikap berkaitan dengan paradigma, dari paradigma melahirkan strategi dan taktik, hidup sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh paradigma, strategi dan taktik dalam memperlakukan realitas, secara ideal, paradigma dan strategi organisasi harus selalu mampu menyapa realitas, syaratnya adalah lahirnya penghayatan yang dalam terhadap realitas yang sedang dihadapinya, penghayatan membutuhkan sensebilitas zaman, dinamika zaman dapat dianalisa dengan jeli bila aparatus organisasi memiliki kepekaan terhadapnya.

Situasi kekinian memperlihatkan bahwa, pemegang posisi strategis dalam struktur pemerintahan lebih banyak diisi kaum profesional, mereka tetap pernah bersentuhan dengan organisasi, tapi mereka tidak besar dan matang di dalam organisasi, kondisi ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi penggiat organisasi, hal ini sekaligus menandakan bahwa ada bagian zaman yang berubah, namun tak mampu dibaca secara jeli oleh penggiat organisasi, jika ingin lebih terbuka, organisasi harus berani mengevaluasi diri, serta mengakui bahwa ada yang salah pada pola perkaderan dan tradisi yang hidup dalam organisasi, selama ini, sebagian besar organisasi sama sekali tidak mempersiapkan kadernya untuk profesional padang bidang tertentu, mereka hanya dibekali dengan pemahaman organisasi secara universal, pemahaman organisasi tetap penting, karena ia merupakan modal dasar dalam mengelolah dinamika masyarakat, namun dalam kondisi sekarang, hal tersebut tidak cukup, dinamika zaman menuntut individu agar profesional dalam bidang kehidupan tertentu, hanya orang profesional yang diyakini memiliki konsep mendalam terhadap masa depan bangsa dan umat, sehingga jangan heran bila lingkaran profesional yang banyak digunakan pemerintah dalam mendesain wajah Negara.

Salah satu penyebab sehingga organisasi kehilangan sensibilitas adalah terjebak dalam romantisme sejarah masa lalu, termasuk tradisi yang hadir dalam zaman romantik tersebut, mereka seolah merasa bahwa pola lama yang digunakan dalam zaman romantik masih merupakan pola terbaik, akibatnya zaman kekinian yang sudah jauh bergeser juga disikapi dengan pola lama, hasilnya sudah bisa ditebak, keluaran organisasi hanya menjadi pemain pinggiran di republik ini, bahkan beberapa di antara mereka terpaksa harus menghamba pada kaum profesional, jika hanya menjadi pemain pinggiran, maka ide susah terbumikan dalam skala luas, bahkan tidak menutup kemungkinan, mereka harus menerima nalar kaum profesional walaupun bertentangan dengan ide dasar yang membentuknya di organisasi, di samping itu, paktron  berlebihan pada alumni organisasinya yang kini besar di pemerintahan, juga merupakan penyebab lain ketidakpekaan penggiat organisasi mengenali zamannya, mereka terlalu bergantung pada alumni tersebut, bahkan alumni dijadikan jalan pintas untuk merengsek masuk ke pemerintahan, padahal kapasitas mereka masih jauh dari cukup, paling jauh mereka hanya bisa menjadi ban serep dari alumni bersangkutan, bukan sebagai pemain penentu.

Pada dasarnya, kader dan pengurus organisasi telah memiliki modal besar untuk mengelolah umat, yakni modal kepemimpinan, modal kepemimpinan ini yang tidak dimiliki oleh professional murni, karena kepemimpinan lahir dari pengalaman, bukan dari teori yang dibaca di atas kertas, sekarang yang dibutuhkan adalah mematangkan modal kepemimpinan dengan aspek profesionalisme, agar bidang kepemimpinan menjadi jelas, organisasi perlu memproyeksi kadernya untuk profesional pada bidang jurusan yang digelutinya di kampus, tentu hal ini mensyaratkan paradigma baru dalam memandang ranah pendidikan, pendidikan formal tidak lagi harus diperhadapkan vis a vis dengan organisasi, tidak berarti pula kader organisasi harus didorong untuk bernalar akademisi murni, melainkan wacana normatf pendidikan pada jurusan masing – masing perlu diberi sentuhan kritis, wacana pendidikan yang bersifat kritis, yang selama ini dikonsumsi dalam organisasi, harus digunakan sebagai pisau analisa dalam membedah materi formal di jurusan masing – masing kader, khusus bagi organisasi kemahasiswaan, ketidakprofesionalan kader pada basis keilmuan masing – masing, menjadi penyebab utama sehingga organisasi di kampus mulai sepi peminat, jika hal ini tidak disikapi secar cerdas, maka bisa saja organisasi benar – benar kehilangan daya tawar di kampus, mendorong penggiat organisasi untuk profesional pada basis keilmuan jurusan bukan berarti menyerah pada keadaan, namun hal ini merupakan bukti kecerdasan organisasi dalam menyikapi keadaan terkini.   

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT