BREAKING

Selasa, 02 Juni 2015

Israel Sebagai Negara Terorisme; Menimbang Deklarasi Morales

tulisan ini sebelumnya telah dimuat di http://beritamanado.com

Beberapa waktu lalu, presiden Bolivia, Evo Morales, mendaklarasikan Israel sebagai Negara terorisme, langkah ini Nampak ekstrim dan berani, gaungnya melebihi kerasnya seruan pemimpin lain di dunia, Evo Morales merupakan salah satu pemimpin yang selalu terang – terangan menentang dominasi Amerika dan sekutunya termasuk Israel, Morales juga dikenal dekat dengan pemimpin Amerika Latin dan pemimpin di benua lain yang sama anti Amerika dan Israel, selama menjadi pemimpin Bolivia, sepak terjang Morales memang dianggap berani, khususnya dalam menentang ketidakadilan global, pada dasarnya sikap morales merupakan sikap ideal seorang pemimpin, terlebih dalam suasana dunia yang penuh dominasi dan ketimpangan, berkaitan dengan sikap Morales mendeklarasikan Israel sebagai Negara teroris, maka penting kiranya menimbang sejauh mana kelayakan deklarasi tersebut.
            
Semua sepak terjang Israel tidak bisa dilepaskan dari Palestina, Negara yang dicaplok Israel, Palestina juga merupakan sasaran rutin kebengisan Negara zionis, pembunuhan terhadap warga tak berdosa merupakan tontonan rutin di Palestina, baik saat terjadi perang terbuka maupun tidak, semuanya didasarkan pada satu alasan, demi melindungi warga Israel dari serangan Hamas, sebuah alasan klise dan irasional, jika memang tujuan Israel adalah sekadar melindungi warganya, maka mengapa Israel terus memperluas wilayahnya dengan membangun pemukiman di jalur gaza dan sekitarnya? Jelas ini merupakan sebuah usaha pencaplokan terhadap wilayah Negara lain, terlebih hal tersebut dilakukan setiap waktu. Usaha perundingan yang selalu dimotori Amerika tidak pernah membuahkan hasil yang benar – benar maslahat bagi rakyat Palestina, justru perundingan tersebut dijadikan Israel untuk mengulur waktu agar pencaplokannya terhadap wilayah palestina bisa terus berlangsung, tragisnya, palestina tinggal menguasai 25 % wilayahnya, 75 % lainnya telah dicaplok Israel, pencaplokan terhadap wilayah Negara lain jelas merupakan penjajahan nyata.

Munculnya faksi – faksi di Palestina yang memiliki organisasi sayap bersenjata, merupakan bentuk ketidakpuasan sekaligus ketidakpercayaan terhadap perundingan yang selalu dilaksanakan secara asal – asalan, tentu tidak benar bila asal menyalahkan mereka, kehadiran mereka di jalur gaza dengan metode perjuangannya sendiri minimal mampu sedikit menghalangi pencaplokan wilayah yang dilakukan Israel, bila mereka ingin dihakimi karena dianggap memicu perang terbuka dengan Israel, maka pertanyaannya adalah pantaskah mereka diam saat saat wilayah negaranya diinvasi sedikit demi sedikit? Padahal di belahan dunia lain, Negara tertentu rela bersengketa mati – matian hanya demi memperebutkan sebuah pulau tak berpenghuni, sedangkan daratan palestina penuh sesak dengan manusia, dalih Israel mempersalahkan faksi – faksi perlawanan bersenjata di jalur gaza hanya merupakan kedok untuk memperlancar invasi mereka, ingat, Israel merupakan Negara satu – satunya di dunia yang dalam konstitusinya tidak menyebutkan secara detail batas wilayah negaranya.
            
Selama invasi Israel ke jalur gaza, ribuan nyawa sipil telang melayang, mereka adalah korban tak bersenjata, dalih Israel memerangi Hamas dan faksi bersenjata lainnya dalam kenyataannya justru menyasar warga tak bersenjata, tentu ini merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik perang, belum lagi bila jumlah itu ditambah dengan total warga Palestina yang tewas saat invasi terdahulu Israel, atau mereka yang mati saat tidak terjadi perang terbuka, jumlahnya akan menjadi jutan, bila seorang warga sipil dibunuh tanpa alasan jelas, maka bukankah itu merupakan pelanggaran HAM berat? Lalu mengapa dunia seolah tak berdaya menghentikan pembunuhan tersebut, padahal mereka adalah pengagum HAM, atau Israel telah memiliki hak khusus kebal HAM? Jika kelompok tertentu yang dikenal ekstrim meledakkan hotel atau fasilitas publik, dan korbannya hanya puluhan orang, tindakan mereka serta – merta dikategorikan tindakan terorisme, dan organisasinya dimasukkan ke dalam daftar organisasi terorisme, lalu mengapa tindakan Israel yang telah membunuh jutaan nyawa tak berdosa tidak dikategorikan sebagai tindakan terorisme, dan mengapa pula Israel sebagai organisasi kenegaraan yang memberi perintah terhadap tentaranya tidak dikategorikan sebagai organisasi terorisme? Apakah muncul rasa takut karena terhalang oleh kepentingan yang lebih superior? Entahlah.
            
Dengan berbagai penjabaran yang dikembangkan di atas, rasanya tidak sulit memahami penyebab sehingga Evo Morales berani mendeklarasikan Israel sebagai Negara terorisme secara terbuka, apa yang dilakukan Morales sungguh sangat tidak berlebihan, deklarasi tersebut telah sesuai dengan porsinya, bahkan bila Morales berani mengirimkan tentara demi membantu pejuang palestina agar wilayahnya tidak habis dicaplok, maka hal tersebut juga tidak berlebihan, upaya diplomasi tetap dihargai, tapi diplomasi tersebut harus bermartabat dan melahirkan solusi yang benar – benar maslahat, paling tidak deklarasi Morales beserta kabinetnya mampu mengirim pesan jelas ke seluruh dunia, maknanya bahwa selama ini kita benci dengan terorisme, bahkan teriliunan dana dikucurkan demi memerangi terorisme, namun kita seolah menoleransi dan hanya bisa duduk diam melihat tindakan teror yang dipertontongkan secara vulgar oleh sebuah Negara, dan hal tersebut bukan ilusi.
            
Sekarang pertanyaan yang sama harus diarahkan kepada pemimpin lain di dunia, apakah mendukung deklarasi Morales menganggap Israel sebagai Negara terorisme atau menolak, jika menolak maka tentu harus ada tawaran konkrit lainnya, apakah jalan diplomasi? Suplai bantuan kepada pejuang palestina? Mengirimkan pasukan perdamaian? Sekadar mengirimkan bantuan bahan pokok kepada pengungsi palestina? Atau apa? Yang pasti bahwa tindakan Israel sudah terlalu bengis serta berada jauh di luar batas kemanusiaan, tidak ada lagi alasan untuk mendiamkannya. Deklarasi Morales juga merupakan bukti bahwa dunia tidak lagi melihat permasalahan Palestina sebagai masalah agama an sich, sebab tidak mungkin Morales bersusah payah mendaklarasikan Israel sebagai Negara terorisme bila masih memandang Palestina sebagai masalah agama, sebab ia sendiri adalah non muslim, mayoritas penduduk negaranya juga non muslim, Morales melakukan hal tersebut karena meyakini bahwa masalah Palestina merupakan masalah kemanusiaan, jadi setiap manusia, tidak peduli, dari agama apapun atau suku apapun, mereka wajib berkontribusi terhadap palestina, sebab tindakan terorisme merupakan penindasan terburuk terhadap aspek kemanusiaan.


Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT