BREAKING

Selasa, 02 Juni 2015

Yang Muda Tak Selamanya Pemuda

Oleh: Zaenal Abidin Riam
Ketua HMI MPO Badko Sulambanusa (Sulawesi bagian selatan, Maluku utara, Bali dan Nusa tenggara)
            
          Indonesia merupakan negara yang cukup berumur, dalam umurnya yang cukup panjang, berbagai perubahan berlangsung di dalamnya, perubahan tersebut terjadi dalam skala mikro dan makro, satu catatan yang menarik, hampir semua perubahan tersebut, selalu melibatkan kaum muda, kaum muda seolah ditakdirkan turut menggerakkan jarum jam sejarah negeri ini, jika direfleksi ke belakang, keterlibatan pemuda dalam perubahan, telah terjadi sebelum Indonesia merdeka, kala itu “kata Indonesia” belum populer di tengah masyarakat terjajah, puncak gerkan pemuda pra kemerdekaan, adalah dicetuskannya sumpah pemuda, momen ini kemudian intens diperingati setiap 28 Oktober, peristiwa sumpah pemuda menandai puncak kesadaran kaum muda pra kemerdekaan, pesan sederhana dari peristiwa tersebut, adalah kemampuan kaum muda keluar dari sekat etnis yang sebelumnya membelenggu, bagi pemuda yang aktif dalam dunia gerakan, atau mereka yang memiliki kesadaran sosial yang tinggi, sumpah pemuda selalu menjadi spirit tersendiri buat mereka, buat pemuda.
            Jika dikaitkan dengan konteks kekinian, pernyataan “kaum muda sebagai katalisator perubahan”, perlu dievaluasi ulang, jika berkaca pada realitas kaum muda hari ini, maka kita harus lapang dada mengakui, dan berkata jujur bahwa sebagian besar kaum muda telah amnesia dengan dirinya sendiri, lupa dengan peran yang seharusnya dijalankan, betapa tidak, lihat saja diri kaum muda hari ini, dari sisi karakter, kebiasaan, kesenangan, dan visi hidup masa depan, pada semua aspek tersebut, kita hampir tak menjumpai indikator kepemudaan dalam diri kaum muda, dari sisi karakter misalnya, mayoritas kaum muda miskin karakter, bahkan tak berkarakter sama sekali, lalu dari sudut kebiasaan, kebanyakan kaum muda justru menyibukkan diri dengan aktifitas hedonisme, pesta dan pesta, party and party, berbicara tentang aspek kesenangan, tak susah mengidentifikasi kesenangan kaum muda masa kini, yang jelas aktifitas baca buku, diskusi, terlibat dalam forum kajian, penyikapan terhadap isu keumatan, telah dianggap membosankan dan kuno, ujungnya ditinggalkan, sedang dari segi visi hidup, mayoritas kaum muda tak memiliki visi hidup jangka panjang, visi hidup yang dimaksudkan adalah yang terkait dengan masyarakat, bukan visi hidup yang hanya bercerita tentang diri sendiri, yang seperti itu belum layak disebut visi hidup, sifatnya terlalu individualistik.

            Hari ini kita tak perlu heran, bila kaum muda yang kita jumpai, adalah kaum muda tak berkarakter, miskin wawasan sosial, serta tujuan hidupnya entah mengarah kemana, pada titik ini, perlu ada ketegasan, untuk menyatakan, bahwa yang muda tak selamya bisa dikategorikan pemuda, pemuda tak sekadar berbicara soal usia, lebih dari itu, dari dirinya diharuskan lahir pola pikir dan sikap progresif, pola pikir dan sikap yang berorientasi pada perubahan dan kemajuan luhur, bukan malah tenggelam di kubangan zaman, pemuda adalah kreator perubahan, bukan konsumennya, pemuda adalah pelopor kemajuan, bukan orang yang sok merasa maju, namun sebenarnya tertinggal secara pola pikir dan sikap, muda mudi hari ini, hendaknya jangan terlalu bangga dengan kemudaannya, lalu dengan sangat ceroboh melabeli diri sebagai pemuda atau pemudi, sebelum sampai pada kata pemuda dan pemudi, maka lakukanlah evaluasi kritis terhadap diri anda, apakah dari sisi karakter, kebiasaan, kesenangan, dan visi hidup anda layak terkategori ke dalamnya, jawabnya ada pada diri masing – masing.

            Mengungkap realitas miris mayoritas kaum muda, bukan berarti bersikap pesimis terhadap mereka, sebab bagaimanapun, tetap ada kelompok kaum muda tertentu yang konsisten menjalankan perannya sebagai pemuda, jumlah mereka memang tidak sebanyak dengan yang bersikap apatis, namun kehadiran mereka seolah tetap memberi harapan, bahwa ke depan pemuda masih mampu menjadi aktor perubahan, sudah seharusnya pula, agar kaum muda yang melek perubahan, tidak menjauhkan diri dari kaum muda yang masih tenggelam dalam lumpur zaman, bersikap tak acuh terhadap mereka, hanya menjadikan mereka semakin bermasa bodoh, tak berpikir untuk peduli dengan tanggung jawab dan perannya, kesadaran sebagai pemuda harus tetap disuntikkan ke dalam diri mereka, tentu hal ini tidak mudah, namun juga tidak mustahil, kepedulian terhadap mereka hendaknya tidak hanya dilakukan oleh sesama kaum muda, namun juga dilakukan oleh kaum tua yang masih berpikiran muda, yang paham betul dengan peran pemuda, caranya sangat beragam, mulai dari yang terkesan eksklusif, hingga yang sangat inklusif, pemuda memang identik dengan perubahan, perubahan tidak bisa dicegah atau dimatikan, keculai bila kita telah terlebih dahulu membunuh perubahan dalam pikiran kita, semoga kita dijauhkan dari kejahatan semacam ini. 

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT