BREAKING

Rabu, 19 Agustus 2015

Pilkada Serentak dan Harapan Baru


Dalam hitungan bulan, pilkada serentak akan digelar di beberapa kabupaten / kota di Indonesia, Pilkada kali ini memang sedikit berbeda dari pilkada sebelumnya, perbedaan tersebut minimal bisa terlihat dari sisi mekanisme, pilkada tahun ini mungkin akan lebih berbeda lagi seandainya MK tak mengabulkan yudisial review terkait beberapa peraturan pilkada, ruag dinasti politik lebih bisa dimiimalisir, namun  tiak releavan lagi membincang hal itu, sebagai warga negara yang menghormati hukum, maka tentu kita harus menerima aturan pilkada hasil yudisial review di MK. Pilkada sebagai ajang pergantian pemimpin di tingkat daerah, mendapat perhatian tersendiri di tengah masyarakat, harapan akan perubahan pasca pilkada pasti ada dalam benak masyarakat, sekecil apapun itu, bahkan bila pesimisme lebih besar dari harapan tersebut, di sisi lain, kesejahteraan daerah, juga dipengaruhi oleh kualitas kepala daerah, jika kita ingin objektif melihat, terdapat beberapa kepala daerah yang relatif berhasil membangun daerahnya, walaupun banyak pula yang gagal.

Kita tidak hendak bermaksud menjustifikasi, bahwa dengan terpilihnya kepala daerah baru kelak, maka suasana daerah pasti lebih baik, hal itu tentu relatif, namun yanng pasti, siapapun figur terpilih kelak, masyaraat akan menaruh harapa padanya, sekali lagi, sekecil apapun harapan itu, lalu mampukah figur terpilih kelak merawat harapa itu? Seharusnya iya, harapan masyarakat merupaka modal bagi kepala daerah terpilih nantinya, harapan tersebut sebenarnya merupakan bentuk kepercayaan masyarakat, kepercayaan sendiri merupakan modal dasar bagi pemerintah dalam membangun daerahnya, bila ada kepercayaan dari masyarakat, maka partisipasi aktif masyarakat juga lebih besar dalam membangun daerahnya, kepala daerah yang kehilangan, atau palinng tidak minim kepercayaann dari masyarakatnnya, harus bekerja jauh lebih keras lagi, minimal harus membanngkitkan terlebih dahulu kepercayaan itu.

Momen kampanye, seharusnya menjadi ruang bagi setiap pasanngan calon kepala daerah,  guna meraih kepercayaann masyarakat, bukan membeli kepercayaan masyarakat, perlu dipertegas, meraih kepercayaan masyarakat dan membeli kepercayaan masyarakat, adalah dua hal yang berbeda, meraih kepercayaan masyarakat bisa dilakukan lewat sosialisasi program yang rasional, tidak mengada – ngada, berasal dari pembacaan real terhadap situasi daerah, program seperti ini adalah program terukur, jadi bisa dipertanggungjawabkan lewat kerja nyata kelak, sedangkkan membeli kepercayaan masyarakat adalah cerita lain lagi, jika logika beli yang digunakan, maka semua jurus pemenangan pilkada akan digunakan, termasuk bila jurus itu harus menciderai wibawa pilkada, bisa saja mereka tetap mempropagandakan program, tapi program jualannya terkesan absurd, sekedar meraih simpati pemilih, singkatnya yang penting kemenangan dicapai, jika figur seperti ini yang terpilih, maka sejak awal pemerintahannya, ia sudah berpotensi kehilangan kepercayaan masyarakat.

Dari sisi efek, perubahan aturan pilkada, cukup membawa kemaslahatan, minimal terjadi efisiensi anggaran, dengan dilaksanakannya pilkada serentak, biaya pilkada relatif bisa ditekan, akan tetapi kita juga tidak ingin pilkada kali ini hanya menjai ajang penghematan anggaran, ada hal yang lebih penting dari semua itu, yakni harapan masyarakat, harapan akan perubahan di daerahnya, sekecil apapun itu, harapan ini yang perlu dihargai, bahkan didorong hingga mewujud dalam kenyataan, kecerdasan masyarakat dalam memilih juga sangat dibutuhkan, sebab sekuat apapun rayuan dari para calon, tetapi akhirnya masyarakat pula yang akan menentukannya di bilik suara, para calon juga seharusnya semakin dewasa dalam mengharap keterpilihan, cara – cara pemenangan yang menodai pemilihan, wajib ditinggalkan, kedengarannya memang susah, tapi itu bukan sesuatu yang mustahil, semoga pilkada serentak yang pertama ini, mampu menjaga harapan masyarakat, ya semoga.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT