BREAKING

Minggu, 14 Februari 2016

Kebebasan dan Tanggung Jawab


Dalam dunia masa kini, kebebasan adalah kosakata yang sangat populer, dalam domain tafsir, kosakata “kebebasan” mengalami perluasan tafsir, secara konseptual, ruang kehidupan manusia, yang dulunya tabu bahkan mengharamkan kebebasan, kini membuka pintu yang sangat lebar terhadap kebebasan, pengaruh kebebasan yang begitu masif tidak hanya berhenti di altar konsep, kebebasan juga mewujud secara luas dalam praktik kehidupan manusia, kondisi tersebut terlihat jelas dalam tatanan pergaulan manusia, kebebasan menjadi pengobat dahaga bagi mereka yang merindukan kebebasan berekspresi sejak lama, kebebasan juga menjadi ajang coba – coba bagi mereka yang sebelumnya memberlakukan batasan ketat terhadap kebebasan, bila merasa nyaman, terjunlah mereka ke dalam ruang bernama kebebasan.
           
Pada hakikatnya manusia tak perlu takut dengan kebebasan, khususnya bila kebebasan tersebut hadir dalam ranah pemikiran dan gerakan sosial, kebebasan dalam dunia pemikiran, akan menstimulus tumbuh suburnya benih pemikiran, kelak pemikiran ini akan berkontribusi pada peradaban manusia, demikian pula dalam dunia gerakan sosial, sumber utama munculnya gerakan sosial adalah ketidakpuasan terhadap ketidakadilan, ketidakadilan bisa lahir dari penguasa, namun bisa pula hadir di tengah masyarakat itu sendiri, kebebasan untuk melakukan gerakan sosial berarti kebebasan untuk menuntut ketidakadilan, sampai di sini sebetulnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kebebasan, yang patut khawatir hanya mereka yang berkepentingan melanggengkan ketidakadilan.
            
Semua paham pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk paham kebebasan di dalamnya berikut aksi turunannya, biasanya untuk menutupi kekurangannya dibutuhkan instrumen lain, atau bahkan paham lain (itu bila kita sepakat menyebutnya sebagai paham lain), dalam konteks kebebasan, kebebasan yang benar bukan kebebasan tanpa batas, bila yang terjadi adalah kebebasan tanpa batas, maka yang lebih nampak dalam kebebasan adalah aspek kekurangan dari kebebasan itu sendiri, kebebasan tanpa batas justru melanggar fungsi utama kebebasan sebagai paham, yakni sebagai “alat pembebasan”, kebebasan minus batasan tak mungkin bertindak sebagai alat pembebasan dalam artian sesungguhnya, justru pada saat yang sama akan melahirkan penjara baru, kebebasan jenis ini akan memberikan ruang pengabsahan bagi manusia untuk melakukan apa saja menurut kehendaknya, tindakan seperti ini sudah pasti merugikan orang lain, kebebasan minus batasan tak mampu mengantarkan manusia kepada keadaan yang lebih baik, yang lebih beradab, akan lebih fatal lagi bila manusia merasa nyaman dalam kondisi yang tidak lebih baik itu, pada posisi inilah kebebasan bertindak sebagai penjara baru.

            Lalu apa yang mampu menambal kekurangan dari kebebasan, sebenarnya sederhana saja jawabannya, yakni “tanggung jawab” tanggung jawab merupakan panduan bagi manusia untuk mengukur pikiran dan sikapnya, semua jenis paham dan gerakan yang dibarengi tanggung jawab, akan menyebabkan paham dan gerakan tersebut tidak keluar dari koridornya, kita menerima kebebasan, tapi kebebasan tersebut harus mampu dipertanggungjawabkan, kita meyakini bahwa kebebasan merupakan syarat bagi langgengnya gerakan sosial, tetapi gerakan sosial tersebut harus mampu dipertanggungjawabkan, hadirnya tanggung jawab dalam kebebasan, merupakan cerminan bahwa seseorang telah matang dalam menjalankan kebebasan, contoh sederhananya bisa kita lihat di tengah masyarakat, bagi anak remaja yang baru mengenal kebebasan, maka kebebasan tersebut akan digunakan dalih melakukan apa saja demi kepuasan pribadinya, namun seiring dengan bertambahnya tingkat pendidikan yang dialaminya, ditambah dengan interaksinya dengan berbagai kalangan, maka perlahan ia mulai mengukur batasan kebebasannya, itu berarti ia mulai memasuki tahap awal kedewasaan dalam kebebasan, sehingga menjadi sangat aneh, bila ada orang yang semakin terdidik namun semakin mendambakan kebebasan yang bablas, keinginan tersebut biasanya dibungkus dengan retorika yang seolah rasional, bagi mereka yang tidak punya wacana pembanding, atau wacana pembanding yang utuh, akan gampang termakan oleh retorika yang seolah rasional tadi, maraknya paham kebebasan di dunia, lebih khusus di Indonesia yang seolah ingin menabrak semua batasan atas nama kebebasan, adalah model kebebasan yang gagal mengenal tanggung jawab. 

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT