BREAKING

Sabtu, 13 Februari 2016

Membebaskan Kedaulatan Dari Jebakan Retorika Kekuasaan

Sesungguhnya, kedaulatan bukan lagi tema baru, perbincangan tentang kedaulatan, telah ada sejak masa Soekarno, kala itu, Soekarno menjadikan kedaulatan sebagai pondasi pemerintahannya, saat pilpres kemarin, kedaulatan menjadi jualan setiap kontestan capres, dan setelah terpilihnya Jokowi sebagai presiden, wacana kedaulatan semakin hangat terdengar, Jokowi sendiri menjadikan kedaulatan sebagai tema sentral pemerintahannya, sebagai sebuah ikhtiar, hal tersebut bisa diapresiasi, namun lebih dari itu, kita juga perlu menyadari bahwa kedaulatan bukan hanya retorika, kedaulatan menuntut realisasi konkrit dalam bentuk aksi nyata.

Dalam tubuh partai politik, wacana kedaulatan kembali bergeliat, bukan hanya dalam ruang lingkup parpol pendukung pemerintah, namun juga dalam parpol di lingkaran oposisi, pendukung pemerintah dan oposisi masing – masing berbicara tentang kedaulatan, bahkan tak jarang, saling kritik seputar kedaulatan, ramai terjadi di antara ke dua kubu, oposisi mengkritik pemerintah, pemerintah dianggap tidak becus mewujudkan kedaulatan, sebaliknya, partai pendukung intens membela pemerintah, bagi partai pendukung, pemerintah sedang dalam proses maksimal mewujudkan kedaulatan, hasilnya pun mulai terlihat, pada dasarnya, yang terjadi antara pemerintah, partai pendukung pemerintah, dan pihak oposisi, adalah drama pementasan retorika kedaulatan, retorika kedaulatan dipentaskan di panggung kekuasaan.

Jika kedaulatan masih sebatas pertarungan retorika di ruang kekuasaan, maka kedaulatan akan sekadar menjadi komodifikasi politik, isu kedaulatan akan diseret kepada upaya memenangkan kelompok tertentu, dan menenggelamkan kelompok lain pada saat yang sama, bila kondisnya seperti ini, yang terjadi sesungguhnya adalah pertarungan kepentingan yang dibalut bahasa kedaulatan, pertarungan kepentingan dalam politik, bukan jalan yang mampu melahirkan kedaulatan sejati, bila kedaulatan sekadar menjadi konsumsi politik, maka itu sama halnya menjebak kedaulatan itu sendiri, maksudnya bahwa, dari luar tampak antusias membicarakan kedaulatan, tetapi sesungguhnya tujuan pembicaraan bukan kedaulatan itu sendiri, tapi untuk kemenangan kelompok kepentingan tertentu di ruang kekuasaan, pada posisi ini, isu kedaulatan hanya digunakan untuk menggaet simpati publik, selanjutnya simpati publik digunakan sebagai jalan merebut kekuasaan, walaupun dalam kerangka yang prosedural.

Kedaulatan harus dilepaskan dari jebakan retorika kekuasaan, melepaskannya bukan berarti melarangnya diperbincangkan dalam ranah politik, pembebasan kedaulatan berarti, perbincangan tentang kedaulatan dilakukan dalam kondisi sadar dan disertai kesadaran, saat kita membincang kedaulatan kita memang punya niat tulus untuk mewujudkannya, hal tersebut hanya akan terjadi, saat diskursus kedaulatan tidak disertai tendensi apapun, kecuali tendensi untuk berdaulat, demi mewujudkan kedaulatan sejati maka kita juga butuh sikap, sikap berdaulat, sikap yang secara tegas mendukung terwujudnya kedaulatan, dalam konteks pemerintah, sikap kedaulatan, tidak boleh hanya bersifat individual, tapi harus bersifat kelompok, harus tercermin sebagai sikap resmi pemerintah, yang terjadi selama ini, presiden berkoar tentang kedaulatan, namun kebijakan dari oknum menteri, terlihat tidak sejalan dengan seruan kedaulatan yang digemborkan presiden, ini perlu menjadi catatan tersendiri bagi rakyat indonesia.

Jika kita memang ingin mewujudkan kedaulatan sejati, maka perlu ada kemauan kuat, ketulusan yang benar – benar tulus, kesadaran murni, rencana yang jelas untuk mewujudkannya, dan yang paling penting pula, gerakan aksi nyata dalam mewujudkan kedaulatan, kedaulatan sejati adalah kedaulatan dalam semua aspek kehidupan, kedaulatan sejati harus diukur dari bawah, dari rakyat, ukurannya tidak boleh dari level elit yang jumlahnya hanya segelintir (namun aneh karena justru yang segelintir ini yang berkuasa), bila rakyat telah mampu berdaulat karena diberdaulatkan oleh pemerintah, maka itulah kedaulatan nyata dalam berbangsa dan bernegara, memang tak mudah, namun ini merupakan kemestian yang mutlak dilaksanakan.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT