BREAKING

Kamis, 21 Juli 2016

Komunikasi Cerdas Dalam Keragaman Budaya

Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari dimensi komunikasi, komunikasi telah menjadi bagian imanen dalam hidup manusia, bahkan komunikasi adalah kehidupan manusia itu sendiri, mengingat betapa besarnya peran komunikasi dalam kehidupan, sehingga seharusnya manusia memiliki kecerdasan komunikasi, kecerdasan komunikasi dibutuhkan dalam banyak hal, secara umum untuk mencapai keberhasilan dalam arti luas. Untuk konteks Indonesia yang masyarakatnya sangat heterogen, termasuk heterogen dari sisi budaya, kecerdasan komunikasi mutlak dibutuhkan.
    
Jika mengacu kepada fakta konflik, beberapa konflik yang terjadi di Indonesia, baik dalam sakal mikro atau makro, awalnya dipicu oleh “kesalahpahaman komunikasi” antara warga dari budaya yang berbeda, kesalahpahaman ini biasanya berasal dari minimnya pemahaman komunikasi terhadap mereka yang berbeda budaya. Budaya mempengaruhi model komunikasi sebuah kelompok, dalam komunikasi tersebut tercermin nilai kebudayaan sebuah kelompok, gagal memahami budaya berarti gagal paham terhadap model komunikasi.
    
Kegagalan komunikasi lintas budaya bisa disebabkan oleh dua faktor, faktor pertama adalah ketidakpahaman terhadap budaya lain, sebagaimana dijelaskan di atas, sedangkan faktor ke dua adalah model pergaulan budaya yang dipaksakan sentralistik, khusus untuk faktor ke dua, penyebabnya adalah egosentrisme kebudayaan yang menjadi pusat kekuasaan di berbagai daerah, hal ini terjadi karena sistem budaya dimana pusat kekuasaan ditancapkan, adalah yang paling berpeluang mewarnai kekuasaan tersebut, sistem budaya tersebut lalu menjadi bagian dari sistem kekuasaan, telah dimafhumi bersama, kekuasaan selalu memiliki aspek memaksa dalam dirinya, demikian pula dengan budaya yang menjadi bagian sistem kekuasaan, sistem budaya tersebut secara halus atau kasar, dipaksakan berlaku kepada daerah lain yang berbeda budaya dimana kekuasaan tersebut berdiri.
    
Mungkin penjelasan ini akan susah diterima, bahkan dianggap terlalu memaksakan, namun bila ingin objektif melihat kenyataan, maka memang hal tersebutlah yang terjadi, mereka yang menolak pandangan ini, atau menganggap faktor ke dua tidak signifikan terjadi, boleh jadi hanya melihatnya pada aspek permukaan, memang tidak akan terlihat bila pandangan hanya diarahkan pada aspek permukaan, sebab kerja pemaksaan budaya melalui jalur kekuasaan lebih banyak dikerja secara halus, model operasi semacam ini tidak nampak ke permukaan, bahkan bisa saja tidak terasa, lebih jauh saat kita sudah merasakan dampaknya, kita masih menganggap bahwa ini bukan akibat dari pemaksaan budaya, perlu analisis lebih tajam dan mendalam guna memahami fakta semacam ini.
    
Pemaksaan budaya secara terselubung yang didukung kekuasaan, bertentangan dengan upaya penghargaan terhadap keragaman budaya, proses tersebut justru menghabisi keberagaman, saat khazanah budaya kelompok tertentu berupaya dimusnahkan, maka tentu akan muncul resistensi, akan ada perlawana balik, bentuknya bisa beragam, mulai dari ketidaksukaan terhadap orang-orang yang menggunakan budaya dimana kekuasaan berpusat, hingga terbangunnya sentimen ras dan suku, menganggap suku tempat kekuasaan berpusat sebagai suku yang dipenuhi manusia-manusia jahat, tentu ini berbahaya, bisa menjadi jalan bagi lahirnya konflik fisik terbuka.
    
Mengingat pentingnya merawat keragaman budaya, penerapan komunikasi cerdas lintas budaya menjadi urgen, tak bisa lagi ditunda, menunda berarti memperlebar ruang benturan budaya yang berpotensi berujung konflik, menerapkan komunikasi cerdas bisa dimulai dari diri kita, berupaya memahami nilai fundamental kebudayaan dari orang yang berbeda budaya dengan kita, bila kita mampu melakukan ini, maka taraf komunikasi kita terbilang cukup cerdas, cerdas dari sisi komunikasi kebudayaan.  

Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Pengembangan Cabang PB HMI MPO Periode 1437-1439 H/2015-2017 M

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT