BREAKING

Selasa, 30 Agustus 2016

Fajar Baru Post-sekularisme

Tentang sekularisme, kutub keberpihakan selalu terbelah dua dalam menyikapinya, antara pro dan kontra, antara yang membelanya dan yang menolak bahkan mengutuknya secara total. Ke dua kutub ini masing-masing memiliki tokoh intelektual, dari merekalah perang argumen logis dan rasional terus berkecamuk. Jika ditilik ke belakang, kemunculan sekularisme dalam wajah modern bersamaan dengan lahirnya modernisme barat, bahkan modernisme itulah yang membawa sekularisme, sekularisme dalam konteks barat modern dipahami sebagai lepasnya kehidupan dunia dari intervensi agama, agama dalam kasus ini diposisikan sebagai penghambat bahkan penjajah kehidupan dunia, sekularisme adalah kemerdekaan duniawi itu sendiri.

Sekularisme dengan memerdekakan urusan duniawi dalam konteks barat modern tidak mengherankan, terutama bila dikaitkan dengan masa kelam dunia barat pra pencerahan, saat itu agama berkuasa mutlak, semua hal yang bertentangan dengan doktrin agama diberangus tanpa ampun, termasuk hal yang sebenarnya membuka jalan kepada kemajuan, para ilmuan dan pemikir yang bertahan pada pendiriannya yang bertentangan dengan gereja langsung dibungkam, situasi ini melahirkan trauma bagi masyarakatnya, sehingga ketika lahirnya modernisme yang menjunjung kebebasan berpikir, maka agama menjadi pihak yang pertama dikorbankan. Masyarakat barat seolah menganggap model sejarahnya berlaku di semua belahan dunia, padahal jauh sebelumnya di dunia timur agama dan kemajuan mampu berjalan selaras.

Setelah lahirnya era negara bangsa, model sekularisme barat menjadi kiblat sistem pemerintahan dan politik di hampir semua negara, di beberapa negara yang dulunya menganut sistem agama berubah haluan menganut sekularisme, Turki adalah contoh nyata dalam kasus ini, Kemal Attaturk membawa negara ini ke bentuk sekularisme ekstrim. Akan tetapi belakangan ini bila kita lebih jeli membaca suasana, maka sebenarnya sedang muncul fenomena baru, sistem pemerintahan dan politik di beberapa negara sekular, tak lagi benar-benar sekular, nilai-nilai agama mulai mendapat tempat formal di negara tersebut, dunia kini sedang bergerak menuju post-sekularisme.

Gagalnya kudeta Turki merupakan indikasi kuat gejala post-sekularisme, rakyat berbondong-bondong turun ke jalan menentang kudeta, sebenarnya bukan untuk menyelamatkan demokrasi, tapi membela presiden mereka, mengapa? Karena kebijakan bernuansa Islam yang diterapkan Erdogan terbukti mendatangkan kesejahteraan bagi rakyatnya, rakyat Turki mulai sadar bahwa agama dalam dunia modern mampu mendorong pada kemajuan. Yang lebih menarik adalah nuansa keterbukaan terhadap agama mulai terlihat di beberapa negara eropa, sarang sekularisme, legalisasi hijab bagi polwan di Kanada dan Skotlandia adalah sesuatu yang unik, peristiwa ini menandakan eropa mulai menimbang kembali sekularisme mereka yang secara total anti agama.

Dalam tataran akademik, dialog panjang telah digelar, pernyataan menarik dilontarkan Jurgen Habermas, pemikir Jerman yang juga pembela sekularisme, menurutnya di era post sekularisme agama ditransformasikan menjadi lebih rasional, pandangan ini ada benarnya, bila agama sering ditolak karena penganjurnya tak lihai membahasakan agama secara rasional, maka membahasakan agama secara rasional adalah pilihan tepat memahamkan agama kepada orang modern, bahasa agama yang rasional yang paling memungkinkan berdialog dengan pengambil kebijakan dalam negara sekuler.

Post-sekularisme akan menjadi gejala tak terbendung, sebagaimana dulunya gejala sekularisme tak bisa dibendung, warga dunia mulai jenuh dengan sekularisme, hal ini berjalan beriringan dengan menguatnya pengaruh agama di kalangan masyarakat, dalam titik tertentu sekularisme dalam pemahaman kekinian, justru memberikan ruang bagi diterimanya nilai agama. Legalisasi jilbab bagi polwan di Kanada dan Skotlandia, begitupun kebolehan menggunakan jilbab bagi mahasiswi di Turki, selalu dibungkus dengan argumentasi HAM, sepertinya post-sekularisme menggunakan instrumen sekularisme untuk menghantam sekularisme sendiri.        

Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Pengembangan Cabang PB HMI MPO Periode 1437-1439 H/2015-2017 M

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT