BREAKING

Sabtu, 11 Februari 2017

Terancamkah Kebhinekaan Kita?

Indonesia merupakan negara majemuk, benih kemajemukan telah ada jauh sebelum negara ini merdeka, saat Indonesia resmi berdiri sebagai sebuah negara bangsa, maka benih kemajemukan menjadi nyata dalam ruang keindonesiaan kita. Kita harus menerimanya, kamajemukan bisa menimbulkan dua wujud, wujud air yang menyejukkan dan wujud api yang membakar habis, akan seperti apa wajah kemajemukan, sangat dipengaruhi kemampuan mengurusnya. Biladiurus dengan benar, maka kemajemukan akan menjadi air menyejukkan, kemajuan akan membawa kedamaian, ketenteraman, dan kemajuan bagi negeri, akan tetapi bila salah urus, kemajemukan justru menjadi api yang membakar habis, mendatangkan huru-hara tanpa akhir di negeri ini. Masyarakat Indonesia tentu mengharapkan kemajemukan menjadi air, obat kekeringan multi dimensi yang bisa datang setiap saat.

Belakangan kebhinekaan kita dipertanyakan kembali, beberapa kalangan meyakini kebhinekaan kita dalam kondisi sangat berbahaya, mereka menganggap ada ancaman serius terhadap kebhinekaan, benarkah? Untuk menjawab masalah ini, kita terlebih dahulu harus menempatkan kebhinekaan sebagaimana dirinya sendiri, kebhinekaan sebagaimana kebhinekaan itu sendiri, cara pandang terhadap kebhinekaan harus lepas dari belenggu kepentingan, kebhinekaan yang dilihat dengan kacamata kepentingan hasilnya hanya menguntungkan kelompok tertentu, ini tentu bukan kebhinekaan, bahkan bertentangan dengan tujuan awal kebhinekaan berupa penghargaan terhadap keberagaman.

Lalu bagaimana dengan isu yang belakangan ini menghangat, yang menganggap bahwa kebhinekaan sedang berada di titik nadir, menuntut adanya penyelamatan secepat mungkin. Jika dianalisis secara cermat, isu ancaman serius terhadap kebhinekaan, tidak lepas dari kepentingan politik jangka pendek, tidak lepas dari kepentingan kekuasaan, dalam kasus ini kebhinekaan diperalat guna menyelamatkan kelompok bahkan individu tertentu, mirisnya lagi, kelompok dan individu yang ingin diselamatkan, justru sesungguhnya merupakan penyulut bagi api yang akan membakar habis kebhinekaan, ini layak disebut “sinetron dagelan kebhinekaan” betapa rendah nilai kebhinekaan ketika diperalat untuk hal kotor seperti itu, terlebih hal kotor tersebut dipertontongkan secara vulgar di ruang publik, dan yang paling gawat dari semua itu, pihak-pihak yang mencoba mengingatkan dan meluruskan, justru dicap sebagai anti kebhinekaan, kekuatan modal dan media dikerahkan demi membenarkan stigma semberono ini.

Bila otoritas kekuasaan masih percaya bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi, maka seharusnya “sinetron dagelan kebhinekaan” dihentikan pemutarannya, aktor-aktornya diringkus agar tak berulah lagi, masyarakat Indonesia mampu membedakan sinetron kebhinekaan dan fakta kebhinekaan, entah apa yang ada dalam benak penguasa, protes masyarakat agar kelompok dan individu yang menyulut api bagi terbakarnya kebhinekaan, justru diabaikan, ataupaling tidak direspon setengah hati, penguasa justru mencari cara membungkam protes tersebut, ragam strategi digunakan, dan yang paling licik adalah mengadu antara sesama masyarakat, di bagian ini penguasa justru menginjak kebhinekaan itu sendiri, penguasa justru menjadi ancaman bagi kebhinekaan, ini yang paling berbahaya dalam arti dan makna sesungguhnya. Tak dipungkiri bahwa ada riak yang mengganggu kebhinekaan, namun bukan ancaman serius seperti yang digemborkan. Kita percaya bahwa kebhinekaan itu penting, oleh sebab itu selesaikanlah kelompok dan individu penyulut api yang membakar kebhinekaan, bukan rakyat yang memprotesnya.

Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Pengembangan Cabang PB HMI MPO Periode 1437 - 1439 H/2015 - 2017 M

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT