BREAKING

Rabu, 01 Maret 2017

Dimana Kemandirian Itu?


Masih segar teringat di benak rakyat Indonesia, Jokowi saat menjadi capres, mengusung janji kemandirian, janji kemandirian tersebut diformat dalam konsep trisakti. Janji tersebut selalu disampaikan dalam berbagai kampanye di masa itu, juga dalam debat kandidat yang dihelat secara resmi oleh KPU. Janji kemandirian inilah yang menyebabkan banyak rakyat Indonesia, termasuk kelas menengah atas, menjatuhkan pilihan kepada Jokowi dalam pilpres 2014. Kini setelah usia pemerintahan Jokowi memasuki tahun ketiga, janji kemandirian tersebut belum benar-benar terlihat. Perubahan kiblat kerjasama ekonomi dari Amerika Serikat ke China, tak mengubah pola relasi ekonomi Indonesia, utang tetap menjadi ciri utama dari kerjasama ekonomi tersebut.

Sebagai negara yang sedang naik daun, China menjadi sorotan semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, dan pada saat yang sama, Amerika Serikat sedang mengalami penurunan, bahkan Donald Trump secara tegas menekankan kebijakan pemerintahannya akan lebih fokus pada kondisi dalam negeri Amerika Serikat, sebuah kondisi yang tidak lazim bagi negara yang gemar mengintervensi kebijakan negara lain dalam berbagai sisi. Boleh jadi kondisi penurunan yang dialami Amerika Serikat, merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan kiblat kerjasama ekonomi Indonesia, selain karena dalam lingkaran kekuasaan Jokowi banyak pihak yang memang pro China, baik yang berada dalam struktur formal kekuasaan, maupun yang berada di luar struktur formal kekuasaan.

Ada satu pertanyaan yang paling sering terdengar, apakah kerjasama dengan China menguntungkan Indonesia dari sisi kemandirian? Ini bukan pertanyaan yang sangat sulit, menjawabnya juga tak perlu analisa nyelimet, cukup melihat fakta yang ada sebagai buah dari kerjasama ini, hal utama yang tak bisa ditutupi, kerjasama dengan China juga tetap menggunakan perspektif utang, bantuan yang diberikan kepada Indonesia mayoritas dalam bentuk utang, jumlahnya cukup fantastis, belum lagi bunganya yang cukup besar pula, masalah tidak berhenti hingga disitu, utang plus bunga yang besar juga disertai dengan pengiriman tenaga kerja asing asal China, proyek-proyek yang dijalankan oleh China, melibatkan buruh asal China, termasuk untuk pekerjaan ringan, buntutnya Indonesia kebanjiran tenaga kerja asing, dan pada saat yang sama masih terlalu banyak Rakyat Indonesia yang butuh lapangan kerja, sungguh bukan pemandangan yang nyaman.

Kini kita beralih ke Arab Saudi, kedatangan Raja Salman ke Indonesia, memunculkan harapan besar bagi rakyat Indonesia, banyak pihak menganggap Arab Saudi merupakan solusi dibandingkan China, terlebih bila dikaitkan dengan bantuan termasuk investasi yang akan ditanam Arab Saudi di Indonesia, bantuan dan investasi tersebut jauh lebih besar dibandingkan investasi China di Indonesia, belum lagi menurut kabar yang tersiar bantuan Arab Saudi tak disertai bunga, juga tak disertai dengan impor tenaga kerja asing, tentunya merupakan keuntungan tersendiri bagi Indonesia, namun jangan lupa, bantuan yang diberikan kepada Indonesia ada juga yang dalam bentuk utang, hal itu berarti Indonesia juga akan berutang ke Arab Saudi, kondisi ini juga menegaskan bahwa paradigma utang dalam membangun kerjasama dengan negara lain, masih menjadi ciri khas. Apakah ini benar-benar menguntungkan dari sisi kemandirian?


Lalu kini kita perlu bertanya, dimana relevansi kemandirian dalam kerjasama yang masih menggunakan perspektif utang? Disini kita tidak berupaya mengunggulkan Arab Saudi dibandingkan China, yang ingin ditekankan bahwa kerjasama dalam bentuk apapun yang masih menggunakan logika utang, tak sejalan dengan cita-cita kemandirian, pemerintahan ini sudah terlampau jauh keluar dari koridor kemandirian, tapi belum terlambat untuk kembali, dan semoga masih ada upaya serius untuk kembali ke jalur kemandirian yang sesungguhnya.

Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Pengembangan Cabang PB HMI MPO Periode 1437 - 1439 H/2015 - 2017 M

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT