BREAKING

Rabu, 24 Januari 2018

Medsos dan Gejala Over Narsisme



Saat ini media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, medsos merupakan konsumsi semua kalangan, tanpa kenal usia, mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, hingga orang tua. Interaksi dengan medsos dianggap sebagai sesuatu yang wajib, dilakukan tiap jam bahkan hampir tiap detik, tanpa kenal tempat, baik di tempat kerja, di atas kendaraan, di tempat ibadah, hingga di atas tempat tidur. Waktu luang yang biasanya digunakan untuk bersantai kini digunakan untuk berselancar di medsos, bagi sebagian orang medsos dianggap sebagai tempat pelarian waktu luang, alternatif bersantai model baru, walaupun didalamnya mereka terkadang terlibat dengan hal-hal serius, bahkan lebih serius daripada sekadar memeras energi fisik.

Menulis status merupakan bagian tak terpisahkan dalam dunia medsos, terlepas dari hal positifnya, status update dalam medsos merupakan rekayasa tak sadar menuju gejala narsisme, betapa tidak, setiap detik pengguna medsos dikondisikan untuk membuat status baru. Jika dikaitkan dengan teori kebutuhan manusia khususnya kebutuhan aktualisasi diri, maka medsos memang menemukan relevansinya, hanya saja aktualisasi diri juga harus diukur secara cermat, aktualisasi diri memiliki koridor tersendiri, aktualisasi diri seharusnya berorientasi untuk kemaslahatan, jadi bukan sekadar memamerkan diri tapi asas manfaatnya juga harus jelas. Aktualisasi diri berdasarkan asas manfaat dengan sekadar mengumbar narsisme adalah dua hal yang berbeda.

Jika diamati secara seksama, medsos tidak lagi sebatas menjadi ruang aktualisasi diri, mayoritas pengguna medsos menggunakan medsos hanya untuk mengumbar narsisme, bahkan dalam banyak kasus narsisme tersebut telah melampaui batas (over narsisme). Buktinya sangat mudah dijumpai, yang dipublikasikan oleh netizen bukan hanya hal yang bersifat umum, akan tetapi juga hal yang bersifat privat, bahkan seringkali sangat privat. Netizen biasanya selalu berharap postingannya menuai banyak sambutan, baik sekadar jempol atau komentar, lebih untung lagi kalau dibagikan sehingga bisa viral. Bila hal bersifat umum yang mereka publikasikan tidak menuai banyak tanggapan, maka biasanya mereka mulai mencari hal-hal lain yang dianggap menarik, kurang baiknya karena pilihan mereka sering jatuh kepada hal-hal yang bersifat privat, bahkan sangat privat, anehnya pula karena hal-hal yang bersifat privat ini justru seringkali menuai perhatian yang lebih dari netizen lainnya, atau bila bukan hal privat maka pilihannya biasanya jatuh kepada hal yang mengandung unsur kekerasan, yang ini juga biasanya menarik banyak perhatian dari netizen lainnya, karena merasa publikasinya diperhatikan, akhirnya netizen bersangkutan menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan, memang miris, hal privat yang dalamkehidupan normal selalu kita tutupi, namun justru diumbar di medsos yang sebenarnya merupakan ruang publik.

Media sosial juga sesungguhnya merupakan ruang mempertegas eksistensi diri, secara alamiah semua manusia ingin mendapat pengakuan, ingin diakui bahwa dirinya eksis, bagi mereka yang dalam kehidupan nyatanya merasa tak mendapat pengakuan, atau tidak puas dengan pengakuan yang didapatnya, maka medsos menjadi tempat pelarian mereka, pengakuan tersebut ditempuh melalui status update, komentar di akun lain atau dalam grup tertentu. Semuanya dimaksudkan demi satu hal, menarik perhatian netizen lainnya, karena terlampau ingin menarik perhatian, akhirnya tak jarang kalimat kontroversial tanpa manfaat yang jelas dilontarkan begitu saja, buntutnya muncul kegaduhan yang tidak produktif, bahkan tak jarang yang bersangkutan justru berurusan dengan hukum. Kita seharusnya melakukan refleksi, betapa rendah eksistensi kemanusiaan kita bila ukurannya adalah jempol dan komentar. Sudah waktunya kita berbenah, menggunakan medsos untuk maksud dan tujuan yang lebih bermanfaat, sebagaimana tidak sedikit pengguna medsos yang membuktikan hal ini, sebagai salah satu kreasi manusia, medsos memiliki potensi positif dan negatif, pilihannya kembali kepada diri kita.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT