Rabu 14 Maret
2018 merupakan hari kelabu bagi dunia ilmu pengetahuan, adalah Stephen Hawking
seorang ilmuwan tersohor di abad ini tutup usia, Hawking meninggal di rumahnya
di kota universitas Inggris, Cambridge. Hawking dikenal sebagai ilmuwan dengan
latar belakang fisikawan yang memiliki warisan besar bagi dunia pengetahuan.
Saya sendiri yang walaupun secara akademik bukan berasal dari jurusan fisika,
namun juga tertarik pada beberapa karya pemikiran seorang Stephen Hawking.
Hawking pada
dasarnya adalah seorang atheis, pengakuannya itu ia sampaikan dalam bukunya
berjudul Grand Design yang diterbitkan pada tahun 2010. Dalam buku tersebut
Hawking mengatakan tidak perlu meminta Tuhan untuk mengatur alam semesta.
Terlepas dari pilihannya menjadi atheis, karya besar seorang Hawking tetap
perlu diapresiasi. Uniknya karena walaupun Hawking mengaku Atheis, namun teori
singularitasnya yang menguatkan keberadaan teori big bang, justru menjadi bahan
penguat bagi sebagian kaum beragama yang aktif di dunia ilmuwan, untuk
membenarkan keyakinan agamanya.
Di dunia
ilmuwan, teori big bang sempat tidak dipercaya, di masa itu ilmuwan lebih
percaya dengan teori keadaan alam tetap, sebuah teori yang menganggap alam
tanpa permulaan dan akhir. Akan tetapi semuanya berubah saat Hawking bersama
rekannya Roger Penrose, seorang fisikawan matematis, menemukan teori
singularitas, teori yang meyakini bahwa alam semesta pasti berasal dari sebuah
keadaan yang disebut singularitas, keadaan saat ruang dan waktu menjadi sangat
padat, tidak mengikuti kaidah fisika konvensional, dari keadaan tersebut alam
semesta terus mengembang dan akhirnya meledak, teori ini oleh para fisikawan
dianggap meneguhkan teori black hole (lubang hitam) dan kebermulaan alam
semesta melalui big bang.
Dalam Islam
sendiri, banyak ilmuwan islam menganggap teori big bang lebih dekat dengan
proses penciptaan alam semesta yang dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al Anbiya
ayat 30: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu dulu keduanya adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan
antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?
Yang membuat
Hawking menjadi sangat fenomenal, karena dirinya mampu menjelaskan pengetahuan
kosmologi yang dikenal rumit dengan menggunakan bahasa awam sehingga mudah
dimengerti. Pencapaiannya itu terjadi saat ia mampu menerbitkan buku A Brief
History of Time (sejarah singkat waktu). Buku ini terjual lebih dari 10 juta
eksampler, buku ini pula menyebabkan Hawking populer di kalangan masyarakat
awam.
Stephen Hawking
adalah salah satu contoh nyata kemenangan harapan atas keterbatasan fisik,
betapa tidak sejak usia 21 tahun dirinya telah divonis menderita penyakit
neuron motorik, penyakit tersebut merusak sebagian besar sarafnya, akibatnya ia
terkena kelumpuhan total, sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas kursi
roda, bahkan untuk berbicarapun dia terpaksa menggunakan alat bantu suara.
Namun dengan keterbatasan yang amat memilukan itu, Hawking justru mampu
memberikan sumbangan penting terhadap peradaban umat manusia. Selamat jalan
Hawking.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar