BREAKING

Sabtu, 07 April 2018

Secarik Catatan Debat Pilgub Sulsel Putaran Pertama



Debat kandidat Pilgub Sulawesi Selatan (Sulsel) baru saja digelar, ajang tersebut merupakan ajang “kampanye terbuka” yang paling dinanti segenap masyarakat Sulsel. Sudah sejak awal saya berencana membuat tulisan ringkas tentang debat tersebut, namun baru kali ini terealisasi. Pasca debat, ragam opini bermunculan, apresiasi dan kritik ramai terdengar, pujian dan sinisme tak kalah berisiknya, ya itulah demokrasi, ruang dimana setiap orang bebas menyampaikan pandangannya sepanjang bisa dipertanggungjawabkan, pemilihan gubernur include dalam demokrasi, sehingga semua kandidat yang maju bertarung harus siap mendengarkan “nyanyian demokrasi” masyarakat Sulsel pasca debat.

Secara umum, debat Pilgub Sulsel putaran pertama, masih terbilang normatif, etika demokrasi dipertontongkan dengan baik di atas panggung (semoga tidak ada kaitannya dengan upaya membangun citra). Yang menarik dalam debat ini karena semua pasangan calon mempertontongkan program terbaiknya, panggung debat tersebut sungguh menjadi panggung pertarungan program terlepas dari kelebihan dan kekurangan program masing-masing, singkatnya yang terjadi adalah debat program. Pemandangan seperti ini terlihat adem, minimal sedikit mengimbangi suhu Pilgub yang semakin panas, sayangnya dalam tataran kampanye di lapangan, model kampanye belum selamanya berbentuk kampanye program, cara-cara kurang sehat masih sering dijumpai.

Dalam debat Pilgub Sulsel kali ini, para calon terlihat sangat ngotot pada kehebatan program masing-masing. Walhasil debat terkadang mengarah pada debat ego program, debat yang tidak sepenuhnya berbasis rasio terbuka. Yah tapi itulah Pilkada, setiap calon demi menggaet suara pemilih pasti akan habis-habisan menegaskan programnya sebagai yang paling unggul, sudah bisa dipastikan pula, para tim kampanye mereka telah berpesan agar tidak pernah mengiyakan satu poin pun program lawan, hal seperti ini sudah menjadi rahasia umum dalam dunia marketing politik.

Setelah debat putaran pertama, masyarakat Sulsel disuguhkan dengan kayanya alternatif pilihan, walaupun sebenarnya bila mengacu pada sejarah Pilkada, debat kandidat tidak terlalu signifikan dalam merubah pilihan masyarakat yang sudah menjatuhkan pilihan, masyarakat yang sudah menjatuhkan pilihan rasionya telah terikat pada kandidatnya. Peluangnya justru berada pada masyarakat yang belum menjatuhkan pilihan, masyarakat yang masih ragu terhadap pilihannya, serta masyarakat yang sengaja menunggu debat kandidat sebelum menentukan pilihannya. Di bagian ini semua kandidat perlu mencurahkan kemampuan terbaik untuk menjelaskan programnya, sehingga benar-benar nampak menarik dan meyakinkan. Dalam konteks debat Pilkada, calon dengan kemampuan argumentasi paling mendalam, serta kelugasan dalam menjelaskan program, yang paling berpotensi meraup suara sebagai efek debat, sebaliknya calon dengan kemampuan argumentasi yang terlalu datar, berbelit menjelaskan programnya, menjadi yang paling berpeluang ditinggalkan pemilih.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT