BREAKING

Selasa, 26 Februari 2019

Menguatkan Demokrasi



Indonesia modern adalah sebuah Negara yang menganut sistem demokrasi, demokrasi merupakan konsensus bersama yang dicapai melalui pergulatan panjang sejak masa Soekarno, tentu tanpa mengabaikan adanya ketidaksepahaman pada kelompok tertentu. Belakangan demokrasi yang berlaku di Indonesia menuai banyak pertanyaan, mulai dari sejauh mana keberhasilan penerapannya, hingga yang lebih ekstrim adalah pertanyaan yang bermuara pada kesimpulan bahwa demokrasi sudah perlu diganti dengan sistem lain. Sebagai sebuah Negara demokratis tentu pertanyaan seperti itu tidak layak ditangani dengan pembungkaman, justru hal itu mencerminkan sisi kemunafikan dari pemberlakuan demokrasi yang mengedepankan kebebasan berpendapat.

Ada baiknya kita mengevaluasi konsep dan pemberlakuan demokrasi di Indonesia, hal ini penting agar perbaikan dapat dilakukan pada diri demokrasi. Demokrasi hari ini mengalami ragam krisis, dari sekian banyak krisis ada dua krisis yang mengemuka, yakni krisis legitimasi dan krisis efisiensi. Tingginya ketidakpercayaan publik terhadap lembaga demokrasi semisal parlemen merupakan bukti krisis tersebut. Rendahnya kinerja dewan dalam memproduk legislasi serta cost politik yang terlampau tinggi menandakan demokrasi mengalami krisis efisiensi. Untuk masuk berkontribusi dalam gelanggang pemerintahan seseorang diharuskan merogoh kocek yang sangat dalam, padahal sejatinya demokrasi memberi kesempatan yang sangat luas kepada siapa saja yang ingin berpartisipasi dalam pemerintahan, cost politik yang terlalu mahal praktis menjadikan duit sebagai ukuran tentang siapa yang bisa berpartisipasi di legislatif/eksekutif dan siapa yang tidak bisa.

Krisis tersebut tentu mendesak diatasi, krisis legitimasi hanya dapat diatasi dengan mengembalikan marwah legislatif dan eksekutif, caranya adalah pemangku legislatif dan eksekutif harus serius berbenah, orang-orang baik dalam legislatif dan eksekutif perlu menonjolkan peran yang lebih, bahkan peran dan karya mereka harus jauh lebih terlihat dibandingkan rekan mereka yang tertangkap basah menjadikan posisinya untuk melancarkan aksi gelap, di lain sisi kontrol masyarakat sipil terhadap legislatif dan eksekutif harus semakin kuat, kontrol yang kuat menyebabkan mereka untuk lebih mawas diri menjalankan perannya, oleh sebab itu ketika masyarakat mulai apatis dengan sepak terjang legislatif dan eksekutif, maka di titik itulah sebenarnya kematian demokrasi dimulai. Sedangkan krisis efisiensi perlu ditangani dengan lebih mengoptimalkan tahapan penyaringan untuk masuk ke dalam legislatif dan eksekutif, disana perlu ada bagian yang mampu memastikan latar belakang integritas dari yang bersangkutan, bagian ini bisa diproduk dari regulasi namun bisa pula lahir dari nilai yang menjadi budaya dalam masyarakat kita, kondisi ini menghendaki perlu adanya kekuatan moral dalam menilai kualitas orang lain.

Demokrasi boleh jadi bukan sistem sempurna, namun sistem inilah yang menjadi fakta dalam ruang keindonesiaan kita, sistem ini untuk sekarang boleh disebut sebagai yang paling pas dengan perkembangan pola pikir manusia, khususnya pada aspek egalitarianisme dan kebebasan, oleh sebab itu menguatkan demokrsi adalah jalan yang lebih sesuai. Perubahan pasti akan terus terjadi, boleh jadi di masa mendatang saat mayoritas manusia sudah tidak bisa menerima konsep demokrasi maka disitulah lahirnya sistem baru, sebagaimana zaman kerajaan dulunya pernah dianut lalu ditinggalkan, namun untuk sekarang kita perlu menghadapi fakta yang ada di depan mata.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT