BREAKING

Selasa, 26 Februari 2019

Ketika Eks Aktivis Terjebak Normalisasi Kapitalisme



Dunia aktivisme merupakan masa yang sangat indah bagi mereka yang pernah mengalaminya, memang dari luar terkesan sangat tidak nyaman, selalu diperhadapkan dengan situasi serba kekurangan, berhadapan dengan tekanan dan intimidasi kekuasaan, namun kondisi inilah yang menyebabkan menguatnya spirit perjuangan, semuanya dihadapi tanpa rasa takut, ini adalah kenikmatan yang sangat sulit didapatkan.

Sudah menjadi kelaziman, tidak semua aktivis terus berada dalam dunia aktivisme, ada masanya ketika mereka harus beralih ke dunia lain, dunia profesional atau dunia lain. Tidak ada yang salah dengan hal itu, itu adalah hukum alam, hukum perubahan, yang terpenting prinsip penentangan terhadap kezaliman tetap bisa dipertahankan.

Kapitalisme adalah kata yang tidak pernah diterima dalam dunia aktivisme, bahkan Kapitalisme sudah sejak dahulu didaulat sebagai musuh utama aktivis, namun saat eks aktivis masuk ke dunia nyata dengan latar profesi yang berbeda, pengaruh Kapitalisme akan terasa semakin kuat, bahkan sudah merasuk ke dalam diri tanpa disadari, disinilah ujian prinsip itu dilihat, bertahan atau berkompromi? Kenyataannya tidak sedikit eks aktivis yang memilih berkompromi dengan Kapitalisme, adapula yang bahkan menyerah, pikiran kritis mereka terhadap kapitalisme lambat laun semakin redup, lalu beralih sebagai pembenaran terhadap kapitalisme, alasannya sederhana dan klasik "ini adalah dunia nyata yang tidak bisa dihindari" Sikap radikalnya terhadap kapitalisme menjadi hilang, berganti dengan sikap kompromistis yang sebenarnya lebih sebagai pembenaran terhadap kapitalisme, mereka terjebak dalam Normalisasi Kapitalisme, sebuah tahap menerima Kapitalisme secara lambat laun.

Benarlah kiranya pepatah lama, pepatah ini juga sering didengungkan di dunia aktivisme "jangan nilai idealismemu saat di dunia aktivis, tapi nilailah saat engkau sudah tidak disebut lagi sebagai aktivis" Godaan untuk mempertahankan prinsip kebenaran sebenarnya berada saat kita telah kembali ke tengah keluarga, bukan saat masih meneriakkan kata perlawanan secara lantang di kampus.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT