Merah
merekah, mengumbar senyum
Laksana
surya senyum mengembang
Berputar
di atas lintasan biru
Tetap
dengan senyumnya, senyum khas
Menaklukkan
semesta
Senyum
kemenangan tersungging di wajahnya
Itulah
hati
Yang
bekerja dengan hati
Dalam
balutan kehati hatian
Ia
makhluk abadi
Abadi
karena keabadian
Terapung
dalam lautan abadi
Merengguh
makanan abadi
Lalu
melahirkan anak keabadian
Ia
abadi, lebih abadi dari pikiranmu tentang keabadian
Pun
ia bisa menua
Renta
Lalu
berakhir di penghujung jalan
Tuannya
merentakannya, menuakannya
Lalu
membekukannya ibarat sang mayat
Tanpa
rasa, tanpa sensifitas, hanya menyisakan tubuh
Tubuh
kaku, tak berdaya, mata nanar entah menatap siapa
Hatimu,
mahkota dirimu
Pusat
rasa, darinya timbul kasih
Benih
kasih menumbuhkan bunga sayang
Sirami
dirinya dengan rasa, rasa terdalam
Ingat
saja, benih dan bunga itu bukan untuk diobral
Bukan
pula untuk disemai di lorong gelap
Karena
benih kasih dan bunga sayang hanya untuk pemilik benih dan bunga
Zaenal Abidin riam, Mamoa Ria (Makassar),
21 Mei 2013, Pkl 00.52 Wita
Posting Komentar