Generasi masa kini biasa disebut generasi android, sebuah model generasi
yang kesehariannya hampir tak pernah lepas dari perangkat android, bagi
generasi ini android merupakan bagian dari kehidupan mereka, generasi ini
sesungguhnya merupakan generasi sibuk, dalam artian sibuk bercengkrama dengan
perangkat android di ujung jari atau di depan matanya. Mereka akan merasa
terganggu bila dalam hitungan menit saja tak bersentuhan dengan android,
walaupun itu hanya sekadar mengecek status di dunia maya. Bagi para orang tua
dan pendidik, kehadiran generasi android tak mungkin dinafikan, terlepas dari
aspek negatifnya, generasi ini tak bisa dipaksa menghilangkan interaksinya
dengan perangkat android dalam kehidupannya, kiranya ini merupakan tantangan
tersendiri bagi orang tua dan pendidik.
Bagi generasi android, yang menganggap bahwa persentuhan dengan
android adalah sesuatu yang wajib, kehidupan mereka dalam sehari praktis lebih
banyak dihabiskan dengan berselancar di dunia maya, tak peduli kapan dan
dimanapun tempatnya, bahkan seringkali saat mereka sedang dituntut fokus kepada
hal lain yang sedang dijalani, sebagian waktu dalam momen tersebut justru dicuri
guna bermain di media sosial. Generasi ini dalam banyak sisi memperlihatkan
ketidakmampuan mereka mengontrol kegilaannya terhadap android, sering pula apa
yang diutak-atik di depan jari mereka bukan hal yang bermanfaat, bahkan
beberapa diantaranya terang negatif, namun mereka tetap merasa mendapat
kesenangan dari aktivitas tersebut, sebuah hal yang tak baik bagi kehidupan
mereka.
Efek negatif paling nyata dari kegilaan terhadap android adalah
hilangnya waktu produktif, hilangnya waktu yang seharusnya dipakai
mengembangkan kualitas diri, lenyapnya momen yang seharusnya difungsikan untuk
melakukan kerja yang lebih besar. Secara sederhan bisa kita renungkan bersama,
bila seorang yang berasal dari generasi ini mencurahkan hampir semua hidupnya
dalam sehari untuk berselancar di dunia maya, dan itu lebih banyak berhubungan
dengan upaya mengecek media sosial, maka kapan waktu mereka untuk belajar?
Kapan waktu mereka untuk membaca buku? Kapan waktu mereka untuk melatih
kreatifitas dirinya? Kata “kegilaan” terpaksa saya gunakan dalam tulisan ini,
pertimbangannya sederhana, saat generasi ini sedang makan dan minum, yang
merupakan dua dari beberapa aktifitas utama manusia, mereka masih tetap
bercengkrama dengan layar di depan matanya sambil mengunyah dan menyeruput,
bahkan tak jarang dari mereka lupa waktu makan hanya karena asyik berselancar
di dunia maya, bukankan ini sesuatu yang gila? Jika kebutuhan primer saja rela
mereka abaikan apalagi yang hanya sekunder.
Generasi android seharusnya mampu membuat mekanisme kontrol dalam
dirinya, hal ini penting agar android benar-benar berimplikasi positif bagi
generasi ini, akan tetapi kesadaran kontrol susah diharapkan lahir secara sadar
dari diri mereka, perlu ada keterlibatan pihak luar, pada bagian ini peran
orang tua dan pendidik sangat diharapkan, orang tua sebagai pihak yang
berinteraksi dengan anak perlu mengatur waktu produktif sang anak, anak tidak
harus dilarang berselancar di dunia maya, karena disana juga ada ragam hal
positif, orang tua hanya perlu mengupayakan agar waktu produktif anaknya tak
habis hanya untuk sekadar mengecek media sosial. Sementara itu di lingkungan
sekolah, pendidik harus memastikan bahwa sekolah benar-benar menjadi tempat
belajar bagi siswa, bahwa semua momen dalam jam sekolah digunakan untuk hal
yang berkaitan dengan pembelajaran, hal yang berkaitan dengan pengembangan
kreatifitas diri, larangan mengaktifkan handphone selama jam sekolah menjadi
relevan dalam kasus ini, karena bagi generasi android, interaksi dengan
perangkat android paling banyak dilakukan melalui handphone.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Intelektual dan Peradaban PB HMI MPO 2015-2017 M
Posting Komentar