Belum berselang
berapa lama negara-negara muslim yang tergabung dalam OKI mendeklarasikan
Yarussalem sebagai ibukota Palestina, deklarasi ini merupakan respon terhadap
pengakuan sepihak Amerika Serikat terhadap Yarussalem sebagai ibukota Israel.
Sejak dahulu kala Yarussalem memang telah menjadi tempat perseteruan antara
umat islam dan zionis Israel, jika berkaca kepada sejarah, perseteruan tersebut
telah terjadi jauh sebelum lahirnya era negara bangsa, saat tata pemerintahan
dunia masih didominasi oleh bentuk kerajaan, di masa itu Bani Israel pernah
menyerang Palestina dan berkuasa disana hingga beberapa waktu lamanya, akan
tetapi gelombang perlawanan orang-orang Palestina berhasil mengusir Bani Israel
dari tanah Palestina, setelah memasuki fase negara bangsa, Israel kembali
mencaplok tanah Palestina berkat bantuan Inggris dan Amerika Serikat.
Besar harapan
umat islam agar deklarasi OKI tidak menjadi retorika politik belaka, tapi juga
disertai dengan aksi konkrit, seharusnya sebagai bentuk tindaklanjut dari
deklarasi tersebut, negar-negara muslim mulai melakukan langkah-langkah
memindahkan kedubesnya ke Yarussalem, sejauh ini baru Turki dan Lebanon yang
telah menyampaikan pengumuman terbuka bahwa akan memindahkan kedubesnya ke
Yarussalem, sementara di pihak pendukung Israel, Guatemala telah mengikuti
langkah Amerika Serikat memindahkan kedubesnya ke Yarussalem, bahkan otoritas
Israel menyebut Honduras dan Paraguay akan melakukan langkah yang sama, tentu
pemindahan kedubes negara-negara tersebut merupakan pengakuan secara de
jure dan de facto terhadap Yarussalem sebagai ibukota zionis
Israel.
Pemindahan
kedubes negara muslim ke Yarussalem merupakan sebuah langkah penting, hal
tersebut sebagi bentuk komitmen nyata pengakuan Yarussalem sebagai ibukota
Palestina, di sisi lain langkah tersebut juga akan menyebabkan sembilan negara
pendukung Israel dalam sidang PBB, memandang serius deklarasi OKI, bila tidak
maka deklarasi tersebut akan dipandang remeh oleh negara-negara pendukung
zionis Israel, bahkan tidak menutup kemungkinan umat islam yang awalnya
berharap banyak pada hasil deklarasi OKI, juga akan bersikap apatis terhadap
hasil deklarasi tersebut.
Deklarsi OKI
sesungguhnya merupakan perang politik yang dilancarka umat Islam kepada Israel
dan sekutunya, karena ini merupakan perang maka sudah seharusnya perang
tersebut memiliki langkah dan tahapan yang konkrit, pola lama semisal kecaman
dan resolusi sudah harus ditinggalkan, terbukti ratusan resolusi Dewan Keamanan
PBB terhada Israel diabaikan mentah-mentah oleh komunitas zionis tersebut.
Pengakuan sepihak Amerika Serikat menunjukkan langkah maju zionis Israel dalam
upaya mereka memenangkan perang politik di kawasan itu, oleh sebab itu
negara-negara muslim juga harus mengambil beberapa langkah maju guna mematahkan
ambisi brutal Israel terhadap Palestina, mengakhiri penjajahan Israel terhadap
Palestina, serta mewujudkan negara Palestina yang merdeka secara utuh.
Jika
negara-negara Islam masih asyik menggunakan retorika politik dalam menghadapi
Israel, maka hal tersebut justru hanya akan semakin meningkatkan kepercayaan
diri Israel untuk terus melakukan perluasan wilayah di Palestina, bila kita
kembali membuka peta dunia saat Israel pertama kali mencaplok tanah Palestina,
wilayah yang dikuasai Israel sangat sempit bila dibandingkan dengan wilayah
Palestina, tapi seiring dengan berjalannya waktu, dimana Israel terus melakukan
perluasan wilayah secara ilegal, maka hari ini faktanya justru berbanding
terbalik, wilayah Palestina jauh lebih kecil dibandingkan wilayah yang kini
dikuasai Israel. Palestina kian terjepit, wilayah mereka berada tepat di tengah
wilayah yang sekelilingnya dikuasai Israel, semua bantuan yang ingin disalurkan
ke Palestina mesti melalui wilayah yang dikuasai Israel, dengan situasi ini
Israel benar-benar mengisolasi wilayah Palestina dari dunia luar, ini tak
ubahnya dengan kampu konsentrasi di masa NAZI, bahkan jauh lebih buruk.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar