Secara ideal
seiring dengan pertambahan waktu, kehidupan seorang manusia harus memasuki fase
yang semakin baik, fase yang semakin dekat dengan jalan kebenaran, bahkan
menetap di jalan kebenaran itu. Proses untuk memperbaiki diri agar semakin
dekat kepada Allah itulah yang hari ini biasa diistilahkan sebagai “hijrah”.
Dalam kehidupan
ini, tidak sedikit manusia yang memandang hijrah sebagai sesuatu yang berat,
susah, bahkan mendekati mustahil. Dari mulut mereka
ungkapan yang paling sering keluar adalah “Saya belum siap” atau yang lainnya
“nanti di umur sekian baru berhijrah”.
Benarkah
berhijrah adalah sesuatu yang susah, ah rasanya tidak juga, justru yang
mendatangkan kesusahan bagi diri kita adalah menetap di jalan yang salah,
terlebih bila kita menyadarinya namun tetap mersa nyaman di dalamnya.
Mari merenung
sejenak, perbuatan salah apa yang tidak membuat kita susah? Berjudi menyebabkan
kemiskinan, tidak melaksanakan sholat menyebabkan kehampaan jiwa, berbohong
menyebabkan beban bagi diri sendiri dll. Lalu kita bandingkan dengan aktifitas
kebaikan, adakah prilaku kebaikan yang mendatangkan kesusahan bagi diri kita?
Menutup aurat menyebabkan kehormatan terjaga, bersedekah berarti membantu
meringankan beban sesama manusia, puasa selain menyehatkan rohani juga
menyebabkan kondisi tubuh lebih sehat. Bukankah semua itu mendatangkan manfaat?
Dari sekarang
mari ubah persepsi kita, tekankan dalam diri kita bahwa berhijrah adalah jalan
menuju kemudahan hidup, sedangakan menetap di zona keburukan merupakan cara
paling instan merawat kesusahan hidup. Yuk berhijrah mumpun masih ada
kesempatan.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar