Palestina, sebuah daerah yang menjadi simbol
ketidakadilan, simbol keterjajahan, juga simbol perlawanan terhadap penjajahan.
Semuanya menyatu di tanah itu, adalah Zionis Israel yang tampil seolah sebagai
kekuatan sakti, Negara Arab berhasil dikalahkannya dalam perang beberapa tahun
silam, padahal saat itu usia Zionis Israel masih sangat belia, namun belakangan
ini Zionis Israel terlihat mulai kewalahan menghadapi menguatnya basis-basis perlawanan di Palestina.
Palestina juga merupakan magnet kepedulian, banyak orang
dari negara dan agama yang berbeda menaruh kepedulian tinggi terhadap negeri
tersebut, termasuk Indonesia. Akan tetapi sebagian kepedulian itu sifatnya
masih tiba-tiba, kepedulian yang sangat masif biasanya muncul saat terjadi
kejadian luar biasa dan disiarkan di media secara heboh, selepas itu kepedulian
tersebut redup lagi, walaupun bukan berarti hilang.
Secara faktual, penderitaan yang dialami rakyat
Palestina, tidak kenal jam bahkan detik, setiap saat tentara Zionis Israel siap
memangsa mereka. Berkaca dari fakta ini, kepedulian masif seharusnya muncul
setiap jam bahkan detik sebagaimana berlangsungnya penderitaan rakyat
Palestina. Kita tentu mengapresiasi kelompok tertentu yang kepeduliannya terhadap
Palestina tidak pernah redup, mereka punya program jangka panjang untuk
memperjuangkan Palestina, hanya saja jumlah kelompok ini belum benar-benar
banyak, mayoritas masih terjebak kepada kepedulian yang serba tiba-tiba.
Kepedulian kita terhadap Palestina seharusnya tidak
bergantung pada hebohnya pemberitaan di media mainstream, sebab secara sadar
semua orang memahami bahwa penderitaan rakyat Palestina bersifat awet, tidak
kenal waktu. Kepedulian yang serba tiba-tiba berbanding lurus dengan langkah
yang serba tiba-tiba pula, juga berbanding lurus dengan respon yang sifatnya
reaksioner, bukan berarti hal itu salah, namun hal itu juga mencerminkan
tingkat kepedulian yang belum matang.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar